Selasa, 12 Mei 2015

FUNDAMENTALISME AGAMA


FUNDAMENTALISME AGAMA



Akhir-akhir ini, Istilah fundamentalisme acap kali terdengar dan dipakai, namun makna yang sesungguhnya masih belum jelas, terlalu umum dan rentan akan perubahan. Meski tersirat dalam hati fundamentalisme bisa dimaknai keteguhan dan kekakuan.
Kata fundamentalisme banyak dipakai untuk makna-makna tertentu, tapi dalam kondisi lain terkadang kehilangan kemampuan memberi batasan secara jelas dari maksud yang dituju, kadang sampai jauh melenceng dari makna aslinya. Kondisi semacam ini sering disebabkan oleh sesuatu yang masih bersifat nisbi. Kita bisa menemukan dengan mudah hal-hal yang bersifat fundamental dalam bentuk apapun di setiap masyarakat, dari pemikiran, hingga sejarahnya.
Pada sisi lain, makna fundamentalisme mengalami penyem­pitan, terbatas pada agama dan kebudayaan dan lebih disempitkan lagi dihubungkan dengan Islam. Maka dengan serta merta kata fundamen­talisme bagi orang yang sudah terpengaruh oleh media massa Barat akan langsung diidentikkan dengan golongan Islam politik. Asumsi di atas erat kaitannya dengan Revolusi Iran. Sehingga fundamentalisme disamakan dengan Islam atau Islam politik.

A.    Pengertian Funamentalisme Agama
Kata fundamentalisme berasal dari bahasa Inggris yang artinya pokok, asas, fundamental. Adapun kata pokok atau asas dalam bahasa Indonesia berarti dasar atau tumpuan berfikir (berpendapat) dan sebagainya, serta cita-cita yang menjadi dasar. Dengan demikian secara harfiah, islam fundamentalism adalah Islam yang  percaya, mengamalkan dan berpegangeguh pada ajaran-ajaran pokok dalam Islam.
Selanjutnya, Islam fundamentalis memiliki pengertian yang berbeda dengan pengertian tersebut, baik secara psikologis, sosiologis, maupun politis. Kelahiran kaum fundamentalisme dalam  sejarah, memiliki hubungan yang erat dengan pertentangan masalah  politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Istilah islam fundamentalisselanjutnya berhubungan dengan corak Islam tertentu, misalnya ekstremisme, fanatisme, bahkan terorisme. Mereka sering di sebut sebagai kaum yang tidak raisonal, tidak moderat, dan cenderung melakukan tindakan kekerasan jika di anggap perlu.
B.     Faktor-Faktor Munculnya Fundamentalisme
Fenomena aksi terorisme yang telah menelan korban materi dan ribuan nyawa melayang, yang dilakukan oleh para tokoh fundamentalis, membuat fundamentalisme Islam, yang juga biasa dikenal dengan nama Islamisme, Islam militan, Islam radikal dan Islam politik, dan istilah yang lain yang bermakna serupa dengannya; kembali ramai dan dirasa menarik serta penting untuk dibicarakan.
Di sini fundamentalisme dapat diartikan sebagai gerakan yang menuju ke dalam (purifikasy) pemurnian. Dapat diartikan sebagai gerakan yang secara mutlak dilandaskan ajaran agama.Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi adanya gerakan fundamentalisme dikarenakan :
1.      Adanya keinginan dari sekelompok umat untuk melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap ajaran agama Islam yang dianggap sudah menyimpang dari sumber aslinya.
2.      Adanya perintah Allah di dalam Al Qur'an (umatan wahidah) untuk menjadikan seluruh umat manusia menuju jalan yang benar. Dalam hal ini Al- Qur’an telah mengatakan bahwa manusia dilahirkan untuk beribadah kepada Allah atau menyembah kepada-Nya.
3.      Arus globalisasi yang tidak terbendung yang tidak terfiltrasi oleh masyarakat sehingga menyebabkan lahirnya perilaku masyarakat yang imoral dan menyimpang dari norma-norma agama.
4.      Kekuasaan despotik pemerintahan yang menyeleweng dari nilai-nilai yang fundamental.
5.      Berkembangnya sains dan teknologi modern yang dianggap menyimpang atau menyeleweng dari aturan yang telah ditetapkan oleh kitab suci.
6.      Adanya penjajahan barat yang serakah, menghancurkan serta sekular justru datang belakangan.
Agama yang telah mengajarkan tentang tata cara atau aturan untuk hidup yang lebih baik yang menuju ke arah damai dijadikan sebuah kedok untuk menjalankan aksi-aksi teror yang sekarang ini marak-maraknya terjadi. Dari segi arti agama mempunyai tujuan yang mulia, contohnya agama Islam yang mengajarkan keselamatan, agama Kritsten yang mengajarkan kasih sayang dan agama-agama lainnya yang mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat kebaikan. Dalam setiap agama mempunyai aturan-aturan tersendiri yang mengharuskan para penganut agama masing-masing berbuat kebaikan dan menjalankan kebenaran. Terjadinya perkembangan sains atau modernisasi yang menyebabkan berubahnya aturan dalam suatu agama. Dari sinilah kaum fundamentalisme lahir untuk menstabilkan aturan-aturan agama yang telah terkontaminasi oleh modernisasi.
Seiring dengan perkembangan kapitalisme ke arah kapitalisme lanjut, struktur masyarakatpun kembali mengalami perubahan. Dari masyarakat primitif, masyarakat borjuis-feodal kemasyarakat sekular. Dengan industrialisasi dan urbanisasi serta perkembangan teknologi, secara perlahan-lahan terjadi proses tranformasi sosial. Perubahan ini didorong oleh, di satu sisi, perkembangan teknologi dan peningkatan populasi penduduk di kota-kota besar yang menyebabkan perubahan pola hidup masyarakat dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Di sisi lain, sebagai akibat perubahan tersebut, terjadi erosi dan kegoncangan struktur nilai sosial masyarakat, luruhnya ikatan sosial dalam komunitas pedesaan, turunnya status agama dan merebaknya proses sekularisasi serta diabaikannya nilai-nilai moral. Dari sinilah muncul istilah fundamentalisme.
C.    Ciri-ciri kaum Fundamentalisme
Mereka memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Segi keyakinan keagamaan, mereka, bersifat rigid dan literalis
2.      Segi sikapnya, merek bersifat ekslusif, yaitu pandangan yang bertolak dari keyakinan bahwa pandangan merekalah yang paling benar.
3.      Dari budayanya, mereka melihat berbagai produk budaya modern, pada tataran yang sifatanya budaya, seperti pakaian, alat kebersiahan, dan lain sebagainya, bersifat konservatif, yakni masa bodoh dan cenderung tidak mau menggunakan.
4.      Dari segi bentuk dan gerakannya, lebih cenderung memaksakan kehendak dengan menggunakan berbagai cara, termasuk cara-cara kekerasan, seperti propaganda, hasutan, terror, bahkan pembunuhan. Dengan sikap itu, maka perjuangan  mereka sering di anggap sebagai islam radikal, fanatic, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar