I.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang sangat pesat, membuat manusia semakin terbantu dan
semakin mudah dalam melaksanakan segala aktivitasnya. Akhirnya teknologi
menjadi kebutuhan bagi setiap individu, baik mulai dari bayi sampai manula.
Keberadaan teknologi di mana pun adanya pasti akan berhubungan dan bersentuhan
dengan masyarakat banyak. Maka, dengan adanya teknologi yang semakin maju di
harapkan dapat menciptakan kebaikan bagi setiap individu.
Namun, perkembangan dan kemajuan IPTEK
yang begitu pesat ini, tidak selamanya memberikan dampak positif.
Penyalahgunaan dan penyimpangan sering kali terjadi dan akhirnya merusak moral
manusia. Misalnya saja pada internet, banyak situs porno yang tersebar bebas,
perjudian online, penipuan dan bahkan saling hina-menghina antar kelompok di
jejaring sosial pun marak terjadi.
Kemajuan IPTEK akan lebih mulia jika di manfaatkan
untuk hal-hal yang positif. Salah satunya adalah sebagai media untuk dakwah,
dengan segala kemudahan dan kepraktisan, dakwah di harapkan bisa menjadi lebih
progresif, efektif dan efisien. Maka
dari itu, makalah dakwah
di bidang IPTEK ini kami buat, dengan harapan dapat
memberikan pemahaman tentang hal itu.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa
Tantangan Dakwah di Era Kemajuan IPTEK?
B. Bagaimana
Dakwah Melalui Media Massa?
C. Bagaimana
Strategi Dakwah untuk Menghadapi Kemajuan IPTEK?
III.
PEMBAHASAN
A. Tantangan
Dakwah di Era Kemajuan IPTEK
Dewasa ini, dikala globalisasi tidak
bisa dihindari dan IPTEK yang terus berkembang pesat, dimana arus informasi
dari berbagai negara dan kebudayaan masuk dengan bebas tanpa adanya pemfilteran
yang signifikan. Hal tersebut ternyata membawa banyak dampak yang sangat
merubah perilaku masyarakat pada umumnya. akan tetapi, perubahan perilaku
antara sifat positif dan negatif lebih banyak yang condong ke sifat negatif.
Banyak dari berbagai kalangan yang
mengeluhkan maraknya fenomena penyakit sosial, pergaulan bebas, dan degradasi
nilai yang semakin berkembang di masyarakat. Penyalahgunaan dan penyimpangan
sering kali terjadi dan akhirnya merusak moral manusia. Misalnya saja pada
internet, banyak situs porno yang tersebar bebas, perjudian online, penipuan
dan bahkan saling hina-menghina antar kelompok di jejaring sosial pun marak
terjadi. Fenomena ini justru terjadi ketika frekuensi kegiatan Tabligh semakin
meningkat. Hal inilah yang sebetulnya menjadi problem bagi para Da’i. Apalagi
tantangan yang muncul di era global ini semakin kompleks.
Kelompok masyarakat yang mudah
terpengaruh oleh adanya teknologi komunikasi pada umumnya adalah anak-anak dan
remaja yang belum memiliki kerangka referensi yang kuat. Perubahan tingkah laku
atau gaya, cara berpakaian, dan pemakaian istilah-istilah baru[1]
adalah segelintir contoh perubahan yang tercipta dikarenakan pengaruh negatif
dari adanya teknologi komunikasi.
Dengan keadaan seperti itu, dakwah
diharapkan dapat menawarkan solusi melalui proses tranformasi nilai-nilai yang
sesuai dengan pesan-pesan ajaran Islam sebagai kekuatan yang seharusnya menjadi
penggerak perubahan sosial yang positif. Dakwah seolah tidak sanggup
menghidupkan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat secara lebih
produktif. Beberapa problem yang cukup dominan yang dapat mengganggu
efektivitas dakwah, seperti krisis identitas sebagai akibat masuknya beragam
budaya asing yang di timbulkan dari kemajuan teknologi komunikasi. Hal ini di
akibatkan karena:
1. Rentannya
identitas budaya sendiri sehingga sebagai makhluk yang berbudaya, masyarakat
kita mudah di pengaruhi oleh budaya lain yang belum tentu sesuai dengan watak
dasar kebudayaan yang dimilikinya. Karena itu, diperlukan upaya untuk
memperkuat identitas secara kokoh.
2. Keringnya
daya spiritualitas yang bagi masyarakat beragama bersumber pada nilai-nilai
agama. Hal ini antara lain juga diakibatkan oleh pola pendidikan agama yang
tidak berhasil menyentuh aspek spiritualitas.
3. Rendahnya
daya kontrol sosial terhadap penyebaran pesan-pesan melalui media yang
berlangsung secara terus-menerus menyentuh perkembangan perkembangan psikologis
masyarakat.
Berkaitan dengan dakwah sendiri yang
masih memperlihatkan rendahnya mutu dan relevansi, Proses dakwah belum cukup
cerdas memahami kecenderungan masyarakat yang menjadi sasarannya. Dakwah
berlangsung sesuai dengan kehendak para pelakunya sendiri. Padahal, dakwah
merupakan konsumsi masyarakat yang perlu diolah dalam satu ramuan yang tepat
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pesan-pesan
dakwah yang mampu mencerdaskan umat, bukan hanya mampu meninabobokan kehidupan.
Dakwah seharusnya memberikan fungsi-fungsi sosial yang produktif bagi
perkembangan individu dan masyarakat.
2. Lingkungan
sosial tempat berlangsungnya dakwah dengan proses pengondisian situasi agar
terbentuk lingkungan yang kondusif untuk melakukan dakwah.
3. Selektifitas
dai yang memiliki komitmen pembangunan umat, bukan hanya dai yang mengedepankan
popularitas dan cita-cita individual yang belum tentu relevan dengan tuntutan
sosial masyarakat setempat.[2]
B. Dakwah
Melalui Media.
Kemajuan IPTEK yang begitu cepatnya
membuat kemudahan-kemudahan dalam berbagai bidang termasuk jenis-jenis media,
diantaranya adalah: radio, televisi, surat kabar, internet, majalah, jaringan
komputer dan HP. Media seperti ini sangat efektif untuk kegiatan dakwah karena
jangkauannya yang sangat luas, bahkan dapat menembus ke lintas negara dan lintas
benua.
Penyampain pesan dakwah melalui media
terbilang praktis, karena mad’u dapat menerimanya dimanapun dan kapan pun tanpa
harus menyiapkan diri untuk menyiapkan pesan dakwah. Mereka boleh jadi
terkonsentrasi di suatu daerahdan bisa juga tersebar ke pelosok-pelosok daerah
terpencil sekalipun. Berikut adalah media massa yang berkembang sebagai dampak
kemajuan IPTEK dan penerapannya dalam dakwah:
1. Televisi
Media televisi adalah media audiovisual yang disebut juga media dengar
pandang. Dibandingkan dengan media radio siaran, penanganan produksi dan
penyiaran media televisi jauh lebih rumit dan kompleks dan biaya produksinya
pun jauh lebih besar. Berbeda dengan media radio yang menstimulasikan daya reka
“imajinasi” pendengarnya, maka media televisi bersifat realistis, yaitu
menggambarkan apa yang nyata.
Da’i yang tampil didepan kamera televisi seharusnnya mampu mempersembahkan
pribadi yang menyenangkan, suara yang menarik, suara dan wajah yang serasi. Semuanya itu
harus diciptakan oleh pribadi orang yang tampil di depan kamera tersebut. Dalam
hal ini, diperlukan persiapan yang matang bagi seorang da’i untuk melakukan
apresiasi dan improvisasi dalam melakukan dakwah di media elektronik.[3]
Menurut Prof. Dr.
Zakiyah Daradjat, 83% perilaku manusia itu di pengaruhi oleh apa yang di
lihatnya, 11% dari apa yang di dengarnya dan yang 6% sisanya merupakan gabungan
dari berbagai stimulus yang di terimanya. Dalam perspektif ini dapat
dibayangkan bagaimana peranan tayangan televisi dalam membentuk kepribadian
masyarakat, terutama generasi muda yang masih sangat suka menonton televisi.[4] Jadi, dengan melihat
fenomena seperti ini dakwah di harapkan mampu menguasai dunia pertelevisian,
karena apabila program dakwah di televisi kalah saing dengan media yang hanya
menampilkan program-program yang tidak mendidik, maka kepribadian dan pengaruh
negatif akan menimpa masyarakat,
terutama generasi muda.
2. Radio
Perkembangan radio di mulai dari
penemuan phonograph (gramofon), yang juga bisa di gunakan memainkan rekaman,
oleh Edison pada tahun 1887.[5]
Gelombang itu kemudian di sempurnakan oleh Marconi dengan menemukan adanya
gelombang elektro magnetik yang tidak tampak oleh mata dan bergerak melalui
udara dengan kecepatan suara.
Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan
radio sangatlah efektif dan efisien. Melalui radio, suara dapat di pancarkan ke
berbagai daerah yang jaraknya tidak terbatas. Jika dakwah dilakukan menggunakan
radio, dia akan mudah dan praktis. Dengan demikian, dakwah akan mampu
menjangkau komunikan yang jauh dan tersebar. Efektifitas dan efisiensi ini juga
akan terdukung jika seorang dai mampu memodifikasi dakwah dalam metode yang
cocok dengan situasi dan kondisi siaran, apakah melalui metode ceramah,
sandiwara radio, melalui forum tanya jawab atau bentuk-bentuk siaran lainnya.
Saat ini telah banyak radio-radio siaran
yang bernuansa dakwah, seperti radio Asy-Syafi’iyyah, Radio At-Thahiriyyah di
Jakarta, radio MQ di pondok Pesantren Daarut Tauhit Bandung, dan lain-lain.[6]
3. Internet
Internet merupakan singkatan dari interconnected
networking yang berarti jaringan komputer yang saling terhubung antara
jaringan satu komputer dengan jaringan komputer yang lain dan membentuk
jaringan komputer di seluruh dunia, sehingga dapat saling berinteraksi,
berkomunikasi, saling bertukar informasi dan data.
Meskipun jumlah situs masih terbilang sangat
sedikit, tapi kalangan umat Islam di Indonesia yang menggunakan Internet
sebagai media dakwah jumlahnya kian hari kian bertambah. Total jumlah pengguna
Internet di Indonesia saja terhitung baru sekitar 2 persen saja dari total
penduduk Indonesia. Tetapi semangat berdakwah “walau hanya satu ayat” tersebut
tidak mengurungkan niat para pelaku dakwah digital.
Fenomena dakwah digital tersebut memang
berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi informasi (TI) di dunia.
Internet komersial baru masuk ke Indonesia pada tahun 1994, dengan dibukanya
IndoNet di Jakarta, sebagai Internet Service Provider (ISP) pertama di
Indonesia.
Salah satu pelopor penggunaan Internet
sebagai media dakwah adalah seperti yang dilakukan oleh kelompok Jaringan
Informasi Islam (JII). JII yang dibidani oleh jebolan Pusat Teknologi Tepat
Guna (Pustena) Masjid Salman ITB tersebut sudah sejak sekitar tahun 1997-1998
bergulat dengan teknologi e-mail yang diaplikasikan ke dalam pesantren-pesantren,
membentuk apa yang disebut dengan Jaringan Pondok Pesantren.[7]
Media dakwah melalui internet tidak
hanya sebatas itu saja, Dakwah
melalui sosial media juga sangat efektif dan efisien apalagi untuk kalangan
remaja. Pada era kemajuan teknologi sekarang ini, anak muda mana yang tidak
mengenal facebook, twitter, whatsapp, dll. Dari seringnya anak muda
membuka media sosialnya. Maka tidak salah lagi bila kita selipkan dakwah dalam
media sosial.
4. Buku,
Majalah dan Surat Kabar
Buku, majalah, dan surat kabar adalah
media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak. Media cetak
adalah media yang sudah lama di kenal dan mudah di jupai di mana-mana.
Buku adalah kumpulan tulisan seseorang
yang telah disusun sehingga seseorang dapat membacanya secara sistematis apa
yang di ungkapkan oleh penulisnya. Buku adalah jendela ilmu, melalui buku,
pesan-pesan dakwah dapat mudah di sebarluaskan kepada sasaran dakwah. Para
ulama salaf telah menggunakan media buku sebagai media dakwah yang efektif.
Bahkan buku dapat bertahan lama, dan menjangkau masyarakat luas, menembus ruang
dan waktu.[8]
Surat kabar merupakan salah satu media cetak
yang terbit setiap hari. Karena terbit setiap hari itulah, surat kabar mampu
mengangkat berita-berita yang aktual. Surat kabar dapat beredar di mana-mana,
karena di samping harganya murah, beritanya juga up to date, dan memuat
berbagai jenis berita. Dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar
ke berbagai penjuru. Karena itu, dakwah melalui surat kabar sangat efektif dan
efisien. Yaitu dengan cara dai menulis rubik di surat kabar tersebut, misalnya
berkaitan dengan rubrik agama.[9]
C. Strategi
Dakwah di Era Kemajuan IPTEK
Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang
wajib di laksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari konsep amar ma’ruf dan nahi
munkar. Dalam hal itu dakwah di pahami sebagai tugas besar dan bernilai
tinggi, karena berkaitan langsung dengan risalah kerasulan Muhammad.
Pola dakwah
seharusnya memang berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Apalagi di tengah
arus berkembangnya IPTEK yang sangat pesat. Budaya asing yang masuk ke
Indonesia dengan bebas, memungkinkan adanya perubahan budaya dan degradasi
niai. Pesan-pesan dakwah di anggap sudah kuno dan tak lagi menarik. Di sinilah
peran strategi dakwah perlu di terapkan untuk memicu dakwah yang efektif dan
efisien.
Lalu bagaimanakah pelaksanaan dakwah di Indonesia yang
mayoritas penduduknya disebut-sebut beragama Islam? Secara lahiriyah Indonesia
semakin semarak dan menunjukan tanda-tanda peningkatan sebagaiman tercermin
dari maraknya kegiatan majlis taklim, halaqah, tablih akbar, ceramah agama di
media masa dan sebagainya.[10]
Namun dengan semakin maraknya kegiatan dakwah tersebut belum
tentu menunjukkan keberhasilan dengan apa yang menjadi tujuan dakwah.
Sebagaimana di harapkan orang yang belum
beriman menjadi beriman dan masuk ke dalam islam, dan orang yang sudah beriman
di harapkan semakin meningkat kualitas keislamannya. Kenyataan inilah yang menjadi
tantangan untuk para pelaku dakwah.
Untuk mendukung keberhasilan dakwah yang optimal terutama di
kalangan remaja, aspek dasar yang harus di lakukan dari gerakan dakwah yaitu
pengembangan pola dan strategi dakwah yang relevan dengan perubahan-perubahan
sosial yang selalu terjadi.[11]
Berkaitan dengan perubahan masyarakat yang berlangsung di
era globalisasi, maka perlu di kembangkan strategi dakwah Islam sebagai
berikut:
1. Meletakkan paradigma tauhid dalam
dakwah. Risalah tauhid yang memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang
universal (egaliter, keadilan, dan kemerdekaan).
2. Di perlukan pemikiran inovatif yang
dapat mengubah kemapanan pemahaman agama dari pemahaman yang tertutup.
3. Strategi yang imperative dalam
dakwah. Dalam hal ini dakwah tidak secara sempit di pahami sebagai ilmu yang
sempit yang identik dengan pengajian umum atau
memberikan ceramah di atas spodium. Akan tetapi Dakwah berorientasi pada
amar ma’ruf nahi munkar.[12]
Maka
dari itu, untuk menyongsong gerakan umat islam di masa global, umat islam tidak
hanya perlu membutuhkan konstruk yang sekedar modern, namun harus lebih dari
itu, yang umumnya di sebut sebagai pemikiran alternative, pemikiran
kontemporer, atau juga pemikiran mutakhir.[13]
Dakwah
di era global ini terutama pada lapisan anak-anak muda, mereka cenderung tidak
memilih dakwah yang bersifat seperti pengajian umum atau memberikan ceramah di atas spodium. Seperti
yang kita ketahui apabila ada dakwah yang seprti itu biasanya hanya berisi
orang-orang tua saja, mungkin ada dari kalangan anak muda, akan tetapi tidak
sebanyak dari golongan tuanya. Berbeda halnya dengan konser dangdut dan musik,
pendatang yang menonton kebanyakan anak-anak muda walaupun tempatnya jauh dan
mengeluarkan uang untuk membeli tiket yang mahal sekalipun, mereka akan melakukannya.
Jadi
dapat di simpulkan bahwa dakwah melalui media sangat efektif. sebetulnya dakwah
melalui media sangatlah ampuh dari zaman dahulu sampai sekarang. Buktinya,
dahulu para walisaongo dalam menyebarkan agama islam juga melalui media
seperti: wayang, tembang, kesenian dan sebagainya. Hal ini menjadi bukti bahwa
media sangatlah ampuh dalam dakwah. Akan tetapi, media yang ada juga perlu
dikembangkan sesuai perkembangan zaman.
IV.
KESIMPULAN
Perkembangan IPTEK yang sangat pesat
membawa banyak perubahan dalam hidup kita, Tanpa adanya pemfilteran, perilaku
negatif seperti pergaulan bebas, Banyak dari berbagai kalangan yang mengeluhkan
maraknya fenomena penyakit sosial, pergaulan bebas, dan degradasi nilai yang
semakin berkembang di masyarakat. Penyalahgunaan dan penyimpangan sering kali
terjadi dan akhirnya merusak moral manusia. Misalnya saja pada internet, banyak
situs porno yang tersebar bebas, perjudian online, penipuan dan bahkan saling
hina-menghina antar kelompok di jejaring sosial pun marak terjadi. Fenomena ini
justru terjadi ketika frekuensi kegiatan Tabligh semakin meningkat. Hal inilah
yang sebetulnya menjadi problem bagi para Da’i. Apalagi tantangan yang muncul
di era global ini semakin kompleks.
Dakwah di harapkan dapat membendung
perilaku negatif yang di timbulkan oleh kemajuan IPTEK. Pesan-pesan dakwah
sekarang ini di kemas semenarik mungkin baik itu melalui program acara
televisi, radio, majalah, surat kabar, dan internet. Agar dakwah semakin
efektif dan efisien, strategi perlu di terapkan untuk keberhasilan dakwah.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami
sampaikan, kami mengerti bahwa penyajian makalah masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan untuk kemajuan
kami dalam penggarapan atau sajian makalah-makalah kami berikutnya. Mudah-mudahan
apa yang kami sampaikan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin,
Samsul Munir. Rekontruksi Pemikiran
Dakwah Islam. Jakarta: Amzah, 2008
Amin,
Samsul Munir. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009
Efendi,Onong
Uchyana. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990
Kuswanto,
Thohir Yuli. Gerakan Dakwah di Kampus
Riwayatmu Kini, Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo. 2012
Mubarok,
Achmad. Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan Merasa, Malang:
Madani Press, 2014
Mufid,
Muhamad. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada Media
Group, 2010
Muhtadi,
Asep Saiful. Komunikasi Dakwah, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012
Muis,
Abdul. Komunikasi Islami, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Pimay,
Awaludin. Paradigma Dakwah Humanis, Semarang:
RaSAIL, 2005
Saputra,Wahidin.
Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarata: Raja Grafindo Persada, 2011
http://d’zonta
_ PERAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI BAGI DAKWAH DAN MASYARAKAT.htm. (di akses pada
07-04-2015 pukul 16.20 WIB)
[1] Abdul Muis, Komunikasi Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), hlm.50
[2] Asep Saiful Muhtadi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2012), hlm.40-41
[4] Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA., Psikologi Dakwah Membangun Cara
Berpikir dan Merasa, (Malang: Madani Press, 2014),hlm.165
[5] Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. (Jakarta:
Prenada Media Group, 2010), hlm.25
[6] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009),
hlm.118-119
[7]http://d’zonta _ PERAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI BAGI DAKWAH DAN
MASYARAKAT.htm. (di akses pada 07-04-2015 pukul 16.20 WIB)
[8] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009),
hlm.122-123
[9] Prof. Onong Uchyana Efendi, MA., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), hlm.145
[10] Dr. H.Awaludin Pimay, L.c., M.Ag.. Paradigma
Dakwah Humanis (Semarang: RaSAIL, 2005) hal. 4
[11] Thohir Yuli Kuswanto, M.Si, Gerakan
Dakwah di Kampus Riwayatmu Kini (Semarang: Lembaga Penelitian IAIN
Walisongo, 2012) hal.39
[12] Dr. H.Awaludin Pimay, L.c., M.Ag.. Paradigma
Dakwah Humanis (Semarang: RaSAIL, 2005) hal. 53-54
[13] Drs. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarata: Raja Grafindo
Persada, 2011) hal. 217
Tidak ada komentar:
Posting Komentar