Jumat, 29 Mei 2015

Dakwah di Bidang Iptek



I.                   PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat, membuat manusia semakin terbantu dan semakin mudah dalam melaksanakan segala aktivitasnya. Akhirnya teknologi menjadi kebutuhan bagi setiap individu, baik mulai dari bayi sampai manula. Keberadaan teknologi di mana pun adanya pasti akan berhubungan dan bersentuhan dengan masyarakat banyak. Maka, dengan adanya teknologi yang semakin maju di harapkan dapat menciptakan kebaikan bagi setiap individu.
Namun, perkembangan dan kemajuan IPTEK yang begitu pesat ini, tidak selamanya memberikan dampak positif. Penyalahgunaan dan penyimpangan sering kali terjadi dan akhirnya merusak moral manusia. Misalnya saja pada internet, banyak situs porno yang tersebar bebas, perjudian online, penipuan dan bahkan saling hina-menghina antar kelompok di jejaring sosial pun marak terjadi.
Kemajuan IPTEK akan lebih mulia jika di manfaatkan untuk hal-hal yang positif. Salah satunya adalah sebagai media untuk dakwah, dengan segala kemudahan dan kepraktisan, dakwah di harapkan bisa menjadi lebih progresif, efektif dan efisien. Maka dari itu, makalah dakwah di bidang IPTEK ini kami buat, dengan harapan dapat memberikan pemahaman tentang hal itu.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Tantangan Dakwah di Era Kemajuan IPTEK?
B.     Bagaimana Dakwah Melalui Media Massa?
C.     Bagaimana Strategi Dakwah untuk Menghadapi Kemajuan IPTEK?

III.             PEMBAHASAN
A.    Tantangan Dakwah di Era Kemajuan IPTEK
Dewasa ini, dikala globalisasi tidak bisa dihindari dan IPTEK yang terus berkembang pesat, dimana arus informasi dari berbagai negara dan kebudayaan masuk dengan bebas tanpa adanya pemfilteran yang signifikan. Hal tersebut ternyata membawa banyak dampak yang sangat merubah perilaku masyarakat pada umumnya. akan tetapi, perubahan perilaku antara sifat positif dan negatif lebih banyak yang condong ke sifat negatif.
Banyak dari berbagai kalangan yang mengeluhkan maraknya fenomena penyakit sosial, pergaulan bebas, dan degradasi nilai yang semakin berkembang di masyarakat. Penyalahgunaan dan penyimpangan sering kali terjadi dan akhirnya merusak moral manusia. Misalnya saja pada internet, banyak situs porno yang tersebar bebas, perjudian online, penipuan dan bahkan saling hina-menghina antar kelompok di jejaring sosial pun marak terjadi. Fenomena ini justru terjadi ketika frekuensi kegiatan Tabligh semakin meningkat. Hal inilah yang sebetulnya menjadi problem bagi para Da’i. Apalagi tantangan yang muncul di era global ini semakin kompleks.
Kelompok masyarakat yang mudah terpengaruh oleh adanya teknologi komunikasi pada umumnya adalah anak-anak dan remaja yang belum memiliki kerangka referensi yang kuat. Perubahan tingkah laku atau gaya, cara berpakaian, dan pemakaian istilah-istilah baru[1] adalah segelintir contoh perubahan yang tercipta dikarenakan pengaruh negatif dari adanya teknologi komunikasi.
Dengan keadaan seperti itu, dakwah diharapkan dapat menawarkan solusi melalui proses tranformasi nilai-nilai yang sesuai dengan pesan-pesan ajaran Islam sebagai kekuatan yang seharusnya menjadi penggerak perubahan sosial yang positif. Dakwah seolah tidak sanggup menghidupkan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat secara lebih produktif. Beberapa problem yang cukup dominan yang dapat mengganggu efektivitas dakwah, seperti krisis identitas sebagai akibat masuknya beragam budaya asing yang di timbulkan dari kemajuan teknologi komunikasi. Hal ini di akibatkan karena:
1.      Rentannya identitas budaya sendiri sehingga sebagai makhluk yang berbudaya, masyarakat kita mudah di pengaruhi oleh budaya lain yang belum tentu sesuai dengan watak dasar kebudayaan yang dimilikinya. Karena itu, diperlukan upaya untuk memperkuat identitas secara kokoh.
2.      Keringnya daya spiritualitas yang bagi masyarakat beragama bersumber pada nilai-nilai agama. Hal ini antara lain juga diakibatkan oleh pola pendidikan agama yang tidak berhasil menyentuh aspek spiritualitas.
3.      Rendahnya daya kontrol sosial terhadap penyebaran pesan-pesan melalui media yang berlangsung secara terus-menerus menyentuh perkembangan perkembangan psikologis masyarakat.
Berkaitan dengan dakwah sendiri yang masih memperlihatkan rendahnya mutu dan relevansi, Proses dakwah belum cukup cerdas memahami kecenderungan masyarakat yang menjadi sasarannya. Dakwah berlangsung sesuai dengan kehendak para pelakunya sendiri. Padahal, dakwah merupakan konsumsi masyarakat yang perlu diolah dalam satu ramuan yang tepat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Pesan-pesan dakwah yang mampu mencerdaskan umat, bukan hanya mampu meninabobokan kehidupan. Dakwah seharusnya memberikan fungsi-fungsi sosial yang produktif bagi perkembangan individu dan masyarakat.
2.      Lingkungan sosial tempat berlangsungnya dakwah dengan proses pengondisian situasi agar terbentuk lingkungan yang kondusif untuk melakukan dakwah.
3.      Selektifitas dai yang memiliki komitmen pembangunan umat, bukan hanya dai yang mengedepankan popularitas dan cita-cita individual yang belum tentu relevan dengan tuntutan sosial masyarakat setempat.[2]
B.     Dakwah Melalui Media.
Kemajuan IPTEK yang begitu cepatnya membuat kemudahan-kemudahan dalam berbagai bidang termasuk jenis-jenis media, diantaranya adalah: radio, televisi, surat kabar, internet, majalah, jaringan komputer dan HP. Media seperti ini sangat efektif untuk kegiatan dakwah karena jangkauannya yang sangat luas, bahkan dapat menembus ke lintas negara dan lintas benua.
Penyampain pesan dakwah melalui media terbilang praktis, karena mad’u dapat menerimanya dimanapun dan kapan pun tanpa harus menyiapkan diri untuk menyiapkan pesan dakwah. Mereka boleh jadi terkonsentrasi di suatu daerahdan bisa juga tersebar ke pelosok-pelosok daerah terpencil sekalipun. Berikut adalah media massa yang berkembang sebagai dampak kemajuan IPTEK dan penerapannya dalam dakwah:
1.      Televisi
Media televisi adalah media audiovisual yang disebut juga media dengar pandang. Dibandingkan dengan media radio siaran, penanganan produksi dan penyiaran media televisi jauh lebih rumit dan kompleks dan biaya produksinya pun jauh lebih besar. Berbeda dengan media radio yang menstimulasikan daya reka “imajinasi” pendengarnya, maka media televisi bersifat realistis, yaitu menggambarkan apa yang nyata.
Da’i yang tampil didepan kamera televisi seharusnnya mampu mempersembahkan pribadi yang menyenangkan, suara yang menarik, suara dan wajah yang serasi. Semuanya itu harus diciptakan oleh pribadi orang yang tampil di depan kamera tersebut. Dalam hal ini, diperlukan persiapan yang matang bagi seorang da’i untuk melakukan apresiasi dan improvisasi dalam melakukan dakwah di media elektronik.[3]
Menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat, 83% perilaku manusia itu di pengaruhi oleh apa yang di lihatnya, 11% dari apa yang di dengarnya dan yang 6% sisanya merupakan gabungan dari berbagai stimulus yang di terimanya. Dalam perspektif ini dapat dibayangkan bagaimana peranan tayangan televisi dalam membentuk kepribadian masyarakat, terutama generasi muda yang masih sangat suka menonton televisi.[4] Jadi, dengan melihat fenomena seperti ini dakwah di harapkan mampu menguasai dunia pertelevisian, karena apabila program dakwah di televisi kalah saing dengan media yang hanya menampilkan program-program yang tidak mendidik, maka kepribadian dan pengaruh negatif akan menimpa  masyarakat, terutama generasi muda.

2.      Radio
Perkembangan radio di mulai dari penemuan phonograph (gramofon), yang juga bisa di gunakan memainkan rekaman, oleh Edison pada tahun 1887.[5] Gelombang itu kemudian di sempurnakan oleh Marconi dengan menemukan adanya gelombang elektro magnetik yang tidak tampak oleh mata dan bergerak melalui udara dengan kecepatan suara.
Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah efektif dan efisien. Melalui radio, suara dapat di pancarkan ke berbagai daerah yang jaraknya tidak terbatas. Jika dakwah dilakukan menggunakan radio, dia akan mudah dan praktis. Dengan demikian, dakwah akan mampu menjangkau komunikan yang jauh dan tersebar. Efektifitas dan efisiensi ini juga akan terdukung jika seorang dai mampu memodifikasi dakwah dalam metode yang cocok dengan situasi dan kondisi siaran, apakah melalui metode ceramah, sandiwara radio, melalui forum tanya jawab atau bentuk-bentuk siaran lainnya.
Saat ini telah banyak radio-radio siaran yang bernuansa dakwah, seperti radio Asy-Syafi’iyyah, Radio At-Thahiriyyah di Jakarta, radio MQ di pondok Pesantren Daarut Tauhit Bandung, dan lain-lain.[6]
3.      Internet
Internet merupakan singkatan dari interconnected networking yang berarti jaringan komputer yang saling terhubung antara jaringan satu komputer dengan jaringan komputer yang lain dan membentuk jaringan komputer di seluruh dunia, sehingga dapat saling berinteraksi, berkomunikasi, saling bertukar informasi dan data.
Meskipun jumlah situs masih terbilang sangat sedikit, tapi kalangan umat Islam di Indonesia yang menggunakan Internet sebagai media dakwah jumlahnya kian hari kian bertambah. Total jumlah pengguna Internet di Indonesia saja terhitung baru sekitar 2 persen saja dari total penduduk Indonesia. Tetapi semangat berdakwah “walau hanya satu ayat” tersebut tidak mengurungkan niat para pelaku dakwah digital.
Fenomena dakwah digital tersebut memang berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi informasi (TI) di dunia. Internet komersial baru masuk ke Indonesia pada tahun 1994, dengan dibukanya IndoNet di Jakarta, sebagai Internet Service Provider (ISP) pertama di Indonesia.
Salah satu pelopor penggunaan Internet sebagai media dakwah adalah seperti yang dilakukan oleh kelompok Jaringan Informasi Islam (JII). JII yang dibidani oleh jebolan Pusat Teknologi Tepat Guna (Pustena) Masjid Salman ITB tersebut sudah sejak sekitar tahun 1997-1998 bergulat dengan teknologi e-mail yang diaplikasikan ke dalam pesantren-pesantren, membentuk apa yang disebut dengan Jaringan Pondok Pesantren.[7]
Media dakwah melalui internet tidak hanya sebatas itu saja, Dakwah melalui sosial media juga sangat efektif dan efisien apalagi untuk kalangan remaja. Pada era kemajuan teknologi sekarang ini, anak muda mana yang tidak mengenal facebook, twitter, whatsapp, dll. Dari seringnya anak muda membuka media sosialnya. Maka tidak salah lagi bila kita selipkan dakwah dalam media sosial.

4.      Buku, Majalah dan Surat Kabar
Buku, majalah, dan surat kabar adalah media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak. Media cetak adalah media yang sudah lama di kenal dan mudah di jupai di mana-mana.
Buku adalah kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang di ungkapkan oleh penulisnya. Buku adalah jendela ilmu, melalui buku, pesan-pesan dakwah dapat mudah di sebarluaskan kepada sasaran dakwah. Para ulama salaf telah menggunakan media buku sebagai media dakwah yang efektif. Bahkan buku dapat bertahan lama, dan menjangkau masyarakat luas, menembus ruang dan waktu.[8]
 Surat kabar merupakan salah satu media cetak yang terbit setiap hari. Karena terbit setiap hari itulah, surat kabar mampu mengangkat berita-berita yang aktual. Surat kabar dapat beredar di mana-mana, karena di samping harganya murah, beritanya juga up to date, dan memuat berbagai jenis berita. Dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar ke berbagai penjuru. Karena itu, dakwah melalui surat kabar sangat efektif dan efisien. Yaitu dengan cara dai menulis rubik di surat kabar tersebut, misalnya berkaitan dengan rubrik agama.[9]
                       
C.     Strategi Dakwah di Era Kemajuan IPTEK
Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib di laksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari konsep amar ma’ruf  dan nahi munkar. Dalam hal itu dakwah di pahami sebagai tugas besar dan bernilai tinggi, karena berkaitan langsung dengan risalah kerasulan Muhammad.

Pola dakwah seharusnya memang berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Apalagi di tengah arus berkembangnya IPTEK yang sangat pesat. Budaya asing yang masuk ke Indonesia dengan bebas, memungkinkan adanya perubahan budaya dan degradasi niai. Pesan-pesan dakwah di anggap sudah kuno dan tak lagi menarik. Di sinilah peran strategi dakwah perlu di terapkan untuk memicu dakwah yang efektif dan efisien.
Lalu bagaimanakah pelaksanaan dakwah di Indonesia yang mayoritas penduduknya disebut-sebut beragama Islam? Secara lahiriyah Indonesia semakin semarak dan menunjukan tanda-tanda peningkatan sebagaiman tercermin dari maraknya kegiatan majlis taklim, halaqah, tablih akbar, ceramah agama di media masa dan sebagainya.[10]
Namun dengan semakin maraknya kegiatan dakwah tersebut belum tentu menunjukkan keberhasilan dengan apa yang menjadi tujuan dakwah. Sebagaimana  di harapkan orang yang belum beriman menjadi beriman dan masuk ke dalam islam, dan orang yang sudah beriman di harapkan semakin meningkat kualitas keislamannya. Kenyataan inilah yang menjadi tantangan untuk para pelaku dakwah.
Untuk mendukung keberhasilan dakwah yang optimal terutama di kalangan remaja, aspek dasar yang harus di lakukan dari gerakan dakwah yaitu pengembangan pola dan strategi dakwah yang relevan dengan perubahan-perubahan sosial yang selalu terjadi.[11]
Berkaitan dengan perubahan masyarakat yang berlangsung di era globalisasi, maka perlu di kembangkan strategi dakwah Islam sebagai berikut:
1.      Meletakkan paradigma tauhid dalam dakwah. Risalah tauhid yang memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal (egaliter, keadilan, dan kemerdekaan).
2.      Di perlukan pemikiran inovatif yang dapat mengubah kemapanan pemahaman agama dari pemahaman yang tertutup.
3.      Strategi yang imperative dalam dakwah. Dalam hal ini dakwah tidak secara sempit di pahami sebagai ilmu yang sempit yang identik dengan pengajian umum atau  memberikan ceramah di atas spodium. Akan tetapi Dakwah berorientasi pada amar ma’ruf nahi munkar.[12]
Maka dari itu, untuk menyongsong gerakan umat islam di masa global, umat islam tidak hanya perlu membutuhkan konstruk yang sekedar modern, namun harus lebih dari itu, yang umumnya di sebut sebagai pemikiran alternative, pemikiran kontemporer, atau juga pemikiran mutakhir.[13]
Dakwah di era global ini terutama pada lapisan anak-anak muda, mereka cenderung tidak memilih dakwah yang bersifat seperti pengajian umum atau  memberikan ceramah di atas spodium. Seperti yang kita ketahui apabila ada dakwah yang seprti itu biasanya hanya berisi orang-orang tua saja, mungkin ada dari kalangan anak muda, akan tetapi tidak sebanyak dari golongan tuanya. Berbeda halnya dengan konser dangdut dan musik, pendatang yang menonton kebanyakan anak-anak muda walaupun tempatnya jauh dan mengeluarkan uang untuk membeli tiket yang mahal sekalipun, mereka akan melakukannya.
Jadi dapat di simpulkan bahwa dakwah melalui media sangat efektif. sebetulnya dakwah melalui media sangatlah ampuh dari zaman dahulu sampai sekarang. Buktinya, dahulu para walisaongo dalam menyebarkan agama islam juga melalui media seperti: wayang, tembang, kesenian dan sebagainya. Hal ini menjadi bukti bahwa media sangatlah ampuh dalam dakwah. Akan tetapi, media yang ada juga perlu dikembangkan sesuai perkembangan zaman.

IV.             KESIMPULAN
Perkembangan IPTEK yang sangat pesat membawa banyak perubahan dalam hidup kita, Tanpa adanya pemfilteran, perilaku negatif seperti pergaulan bebas, Banyak dari berbagai kalangan yang mengeluhkan maraknya fenomena penyakit sosial, pergaulan bebas, dan degradasi nilai yang semakin berkembang di masyarakat. Penyalahgunaan dan penyimpangan sering kali terjadi dan akhirnya merusak moral manusia. Misalnya saja pada internet, banyak situs porno yang tersebar bebas, perjudian online, penipuan dan bahkan saling hina-menghina antar kelompok di jejaring sosial pun marak terjadi. Fenomena ini justru terjadi ketika frekuensi kegiatan Tabligh semakin meningkat. Hal inilah yang sebetulnya menjadi problem bagi para Da’i. Apalagi tantangan yang muncul di era global ini semakin kompleks.
Dakwah di harapkan dapat membendung perilaku negatif yang di timbulkan oleh kemajuan IPTEK. Pesan-pesan dakwah sekarang ini di kemas semenarik mungkin baik itu melalui program acara televisi, radio, majalah, surat kabar, dan internet. Agar dakwah semakin efektif dan efisien, strategi perlu di terapkan untuk keberhasilan dakwah.
 
V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami mengerti bahwa penyajian makalah masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan untuk kemajuan kami dalam penggarapan atau sajian makalah-makalah kami berikutnya. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bermanfaat bagi kita semua.


 
DAFTAR PUSTAKA


Amin, Samsul Munir. Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah, 2008
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009
Efendi,Onong Uchyana.  Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990
Kuswanto, Thohir Yuli. Gerakan Dakwah di Kampus Riwayatmu Kini, Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo. 2012
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan Merasa, Malang: Madani Press, 2014
Mufid, Muhamad. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2010
Muhtadi, Asep Saiful. Komunikasi Dakwah, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012
Muis, Abdul. Komunikasi Islami, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Pimay, Awaludin. Paradigma Dakwah Humanis, Semarang: RaSAIL, 2005
Saputra,Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarata: Raja Grafindo Persada, 2011
http://d’zonta _ PERAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI BAGI DAKWAH DAN MASYARAKAT.htm. (di akses pada 07-04-2015 pukul 16.20 WIB)



[1] Abdul Muis, Komunikasi Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.50
[2] Asep Saiful Muhtadi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), hlm.40-41
[3]Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. (Jakarta: Amzah, 2008). Hlm.194

[4] Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA., Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan Merasa, (Malang: Madani Press, 2014),hlm.165
[5] Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm.25
[6] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm.118-119
[7]http://d’zonta _ PERAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI BAGI DAKWAH DAN MASYARAKAT.htm. (di akses pada 07-04-2015 pukul 16.20 WIB)
[8] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm.122-123
[9] Prof. Onong Uchyana Efendi, MA., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), hlm.145
[10] Dr. H.Awaludin Pimay, L.c., M.Ag.. Paradigma Dakwah Humanis (Semarang: RaSAIL, 2005) hal. 4
[11] Thohir Yuli Kuswanto, M.Si, Gerakan Dakwah di Kampus Riwayatmu Kini (Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012) hal.39
[12] Dr. H.Awaludin Pimay, L.c., M.Ag.. Paradigma Dakwah Humanis (Semarang: RaSAIL, 2005) hal. 53-54
[13] Drs. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarata: Raja Grafindo Persada, 2011) hal. 217

Tidak ada komentar:

Posting Komentar