Jumat, 29 Mei 2015

Konsep Tuhan dan Manusia Menurut Filsafat



A.    Konsep Tuhan Menurut Filsafat
Watak pemahaman ketuhanan dalam tradisi Yunani mencakup unsur agama dan filsafat. Ide pertama tentang Tuhan terdapat dalam Iliad and Odyssey karya Homer, yang menggambarkan adanya dewa-dewa yang memerintah alam, yang paling tinggi adalah Zeus, dewa keturunan. Zeus mempunyai anak-anak yang juga menjdi dewa-dewa tetapi tidak kekal. Dewa Zeus bukan pencipta alam dan sangat mengikuti kemauannya sendiri dalam menghadapi manusia.
Banyak persoalan besar lainnya yang berhubungan dengan konsep Tuhan yang pada masa lalu telah banyak di diskusikan oleh para teolog dan filsuf untuk memembuktikan kebenaran fundamental agama secara konklusif. Dan mempertahankannya. Berikut beberapa pandangan filsuf tentang Tuhan:

1.      Socrates (469-399 SM)
Socrates adalah murid dari Phytagoras, yang membahas masalah ketuhanan dengan logika akademik yang simpel dengan menetapkan wujud Tuhan yang disembah..
Ajaran yang terkenal dari Socrates adalah Gnoti Seauton yaitu kenalilah dirimu sendiri. Bagi Socrates dengan mengenali diri sendiri, akan dapat lebih mengenal Tuhan. Manusia menurut Socrates diberikan sifat-sifat khas yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Sokrates berpendapat bahwa alam yang kita lihat bukan sesuatu yang tiba-tiba dan kebetulan, bahkan segala segi dan sebagainya adalah menuju kepada suatu tujuan, dan tujuan itu menuju lagi kepada tujuan yang lebih tinggi. Sehingga sampai kepada ujung yang berdiri sendiri dan Esa.
Untuk membangun pengetahuan manusia tentang tuhan Socrates memakai dua jalan. Pertama, berdasarkan pada bukti-bukti alam. Kedua, dengan alasan sejarah. Melalui bukti-bukti alam dengan membentangkan peristiwa-peristiwa alam itu sendiri, sedangkan melalui alasan-alasan sejarah dengan mengemukakan tabiat manusia yang dengan sendirinya tertarik kepada adanyaTuhan yang menjadikan, mengatur dan memelihara manusia.

2.       Plato (427-347 SM)
Plato menggambarkan Tuhan sebagai Demeiougos (sang pencipta) dari alam ini dan sebagai Ide Tertinggi dari alam ide. Ide tertinggi ini menurut Plato adalah Ide Kebaikan.
Sebagai murid Socrates, Plato  berusaha mengembangkan dan lebih menyempurnakan pandangan-pandangan gurunya, dan sistem pemikiran merupakan puncak dari usaha-usaha orang sebelumya yang digabungkan dalam pemikiran sendiri.
Menurut Plato segala keadaan di dunia ini tidaklah kekal dan selalu berubah karena itu dunia yang ditempati manusia ini adalah dunia bayangan yang dilawankan dengan dunia cita-cita/ide  yang bersifat kekal dan tidak mengalami perubahan. Dalam mencari hakekat banda yang tetap berubah ini, Plato berfikir bahwa hanya benda-benda yang berada diluar alam, diluar ruang dan waktu, dapat menjadi realitas tertinggi.
Konsekwensi dari benda yang selalu berubah ini adalah bersifat baharu, dan setiap yang baharu mempunyai sebab yang ada penyebabnya, itulah Tuhan yang terbebas dari sifat baharu. Tuhan adalah zat yang transenden dan merupakan realitas tertinggi, merupakan esensi atau Ide dari yang Baik, dan alam merupakan partisipasi refelektif dari zat yang sempurna.
Plato menyebutkan dalam kitab undang-undangnya bahwa ada beberapa perkara yang tidak pantas bagi manusia apabila tidak mengetahuinya, yaitu antara lain bahwa manusia itu mempunyai Tuhan yang membuatnya. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh sesuatu itu.

3.      Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid terbaik Plato, sehingga banyak pemikiran-pemikiran gurunya yang memberinya pengaruh kuat pada filsafatnya. Meskipun demikian ia tidak kehilangan kekritisannya dalam menanggapi pemikiran Plato, sehingga akan tampak beberapa pandangannya yang berseberangan dengan gurunya.
Aristoteles sependapat dengan Plato bahwa realitas konkrit itu tidak tetap dan selalu berubah, akan tetapi ia tidak setuju atas pandangan Plato mengenai pengetahuan yang benar yang dibangun atas dasar postulat bahwa dunia transenden terpisah dengan objek-objek konkrit dan menganggap realitas konkrit dan menganggap realitas konkrit sebagai hal yang tidak nyata. Bagi Aristoteles realitas justru harus dicari dalam dunia yang ditemukan manusia, yaitu dunia yang teramati. Dunia konkrit dan individual, itulah kenyataan real.
Pandangan Aristoteles yang terkenal adalah teorinya tentang empat causa: Causa material, Causa formal, Causa efisien, Causa final. Suatu realitas yang sifatnya kausalitas bahwa keberadaan sesuatu disebabkan oleh yang lain, mengarah pada konsep adanya Penggerak Pertama yang tidak bergerak sebagai penyebab gerak dari yang bergerak. Penggerak pertama yang tidak bergerak diartikan sebagai sebab yang dia sendiri tidak bergerak, ia merupakan pikiran murni dan pikian hanya pada dirinya sendiri.
Konsep Aristoteles tentang Tuhan didasarkan pada latar belakang ilmu pengetahuan, tidak didasarkan pada suatu religi tertentu. Bagi Aristoteles Tuhan sebagai substansi yang bersifat eternal terpisah dari dunia konkrit, tidak bersifat materi, tidak memiliki potensi; Tuhan adalah “Aktus Murni”.  Sebagai Aktus Murni, aktifitas Tuhan tidak lain kecuali melalui berpikir. Tuhan adalah “pemikiran yang sedang berpikir diatas pemikiran” (noesis noesos).

4.      Melisos
Melisos adalah seorang filosof Elea, hidup di abad ke-5 sebelum masehi, mengemukakan pendapat tentang ada-Nya Tuhan yang Maha Esa dengan Tema; “Yang ada selalu ada dan akan tetap ada”. Yang ada (Tuahan) itu kekal. Sebab jika sekiranya yang ada itu dijadikan atau terjadi, sudah tentu kejadian itu timbul dari yang tidak ada ,  nyatalah bahwa dari yang tidak ada hanya bisa timbul yang tidak.  Mustahil akan keluar yang ada dari yang tidak ada.
Oleh karena itu Yang ada mestilah kekal dan tidak berubah-ubah. Tegasnya yang ada adalah Baqo  (kekal) satu dan tidak pernah merasa susah. Sebab barang yang merasa susah itu tidak bersifat Baqo.

5.       Agustinus (354-430)
Menurunya Tuhan adalah pengada yang mutlak. Dia adalah abadi, tidak berubah. Dia berada diluar pemahaman manusia, karena dia lebih besar dari sesuatu yang diketahui manusia. Penegtahuan yang dimiliki manusia dalam kaitannya dengan Tuhan adalah terbatas dan diperoleh melalui analogi dari suatu yang dialami manusia.
Tuhan itu berpribadi, berpikir dan berkehendak. Dia menciptakan dunia dan menegendalikan sesuai dengan rencana Ilahi-Nya yang telah ditetapkan. Tuhan menciptakan dunia dari ketiadaan

6.      Al Kindi (801-873)
Tuhan digambarkan oleh al Kindi sebagai sesuatu yang bersifat tetap, tunggal, ghaib dan penyebab sejati gerak. Al kindi dengan menggunakan konsep teori pencipta creatio ex nihilo mengatakan bahwa penciptaan dari ketiadaan merupakan hal istimewa yang dimiliki Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya Dzat yang sungguh-sungguh mampu mencipta dari ketiadaan dan Dia merupakan sebab yang sesungguhnya dari seluruh realitas yang ada didunia ini.
Dalam Maqalah Al-Kindy yang di muat di “filsafat Ula” mengutarakan lebih jauh tentang pelajaran Causality, pelajaran sebab-musabab dmana dikemukakan bahwa ilmu pengetahuan kebenaran pertama adalah sebab dari setiap sebab.
Bagi Al-Kindy yang Esa itu adalah Tuhan. Dia itu terpisah dan berada diatas akal disebut satu yang benar, adalah sempurna mutlak.  ia abadi oleh karena itu Ia Maha Esa (wahdah), selain-Nya berlipat.

7.      Ibnu Sina (980-1036 M )
Menurut Ibnu Sina ada tiga macam sesuatu yang ada; pertama, penting dalam dirinya sendiri, tidak perlu sebab lain untuk kejadianya, selain dirinya sendiri (Tuhan). Kedua, yang berkehendak kepada yang lain yaitu makhluk yang butuh kepada yang menjadikannya. Ketiga, makhluk mungkin yaitu bisa da dan bisa tidak ada, dan dia sendiri tidak butuh kepada kejadianya (benda-benda yang tidak berakal seperti pohon-pohon, batu dan sebagainya)
Pembahasan ini berakhir dengan dasar dalam ilmu metaphysika Ibnu Sina:
1)      Adanya Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta.
2)      Hukum Alam
3)      Hukum sebab-musabab
4)      Konsepsi yang maha mengatur

8.      Anselmus (1033-1109)
Anselmus berpendapat bahwa Tuhan bukannya “bukan apa-apa”, melainkan adalah pengada yang Tertinggi dari segala sesuatu. Tuhan bukan hanya dapat diketahui didalam Iman. Untuk mengetahui Tuhan, orang harus melibatkan diri didalam Tuhan, sebagaimana kata Agustinus “credout intelligam” aku beriman agar aku mengerti.
Tuhan bagi Anselmus adalah sesuatu yang salainnya sesuatu yang lebih besar tidak dapat dipikirkan. Tuhan itu harus bereksistensi, karena tanpa eksistensi Tuhan tidak akan menjadi sempurna. Eksistensi lebih sempurna daripada tidak bereksistensi.

9.      Descartes (1596-1630 M)
Untuk mengenal adanya Tuhan, Descartes melalui jalan berfikir; Pertama: waktu saya merasa bahwa diri saya berada di dalam kekurangan, pada waktu itu diri saya merasa, tentu ada zat yang tidak kekurangan (sempurna). Kedua, saya tidak menjadikan diri saya dengan diri say sendiri. Sebab jika saya menjadikan diri saya sendiri, tentulah saya dapat memberikan segala sifat kesempurnaan kepada diri saya itu. Ketiga,  pada diri saya ada suatu perasaan terhadap adanya suatu zat yang sempurna .  jadi Tuhan pasti ada-Nya dengan jelas sekali.
Adapun perkataan “Tuhan” menurut Descartes adalah ketuhanan yang tidak mempunyai kesudahan, yang azaly, yang tiada awal dan tiada akhir, yang abadi, kekal, berdiri sendiri, yang mengetahui segala sesuatu dan yang merasa atas tiap-tiap sesuatu.


10.  Baruch Spinoza (1632-1667)
Baruch Spinoza atau Benedict Spinoza atau Despinoza lahir di Amsterdam pada tanggal 24 November 1632 dari keluarga Yahudi. Tahun 1663 Spinoza pindah ke Den Haag tahun 1663 ia pernah ditawari manjadi pimpinan filsafat pada Universitas The Hague, tetapi ia menolaknya. Spinoza meninggal pada tanggal 21 Februari  1667.
Spinoza termasuk pemikir yang revolusionir pada zamannya, ia adalah pemikir yang paling ambisius dan tak kenal kompromi. Dialah filsuf modern yang dengan lantang mengajarkan “Tuhan imanensi dan dinamis” menggantikan ide tentang “Tuhan transenden yang statis”.
Pandangan Spinoza tentang Tuhan atau substansi dapat disimpulkan beberapa hal: pertama, Tuhan itu satu, diluar Tuhan tidak ada sesuatu pun yang eksis. Kedua, bingkai alam adalah tubuh Tuhan, sedang isi mental dari struktur fisikal alam dalah jiwa Tuhan. Ketiga, objek-objek material adalah modus Tuhan atau substansi.
Dalam bukunya yang berjudul Ethica, Spinoza menjelaskan tentang sifat-sifat Tuhan yaitu: Pertama, Tuhan tidak terbatas. Tuhan yang secara absolut tidak terbatas itu tidak dapat dibagi dan abadi. Kedua, aktivitas Tuhan tergantung pad hukum-hukum yang dimiliknya. Ketiga, Tuhan adalah sumber penyebab segala sesuatu. Keempat, eksistensi dan esensi Tuhan adalah sama. Kelima,Kekuatan Tuhan sama dengan esensinya. Keenam, esensi Tuhan identik dengan keabadian.  Ketujuh,  Tuhan adalah bebas.  Kedelapan,  Tuhan memahami dirinya sendiri.
Spinoza menyimpulkan bahwa hanya ada satu substansi, apakah itu disebut Tuhan, atau disebut alam, oleh sebab itu tidak ada kemungkinan interaksi antar substansi. Substansi yang hanya satu ini dapat merupakan asal-usul dari yang tampak sebagai bukan individu sejati, tetapi hanya bentuk dari substansi tunggal.

11.   Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716)
Leibniz adalah seorang filsuf, ilmuwan, matematikus, sejarahwan dan diplomat. Ia lahir di Leipzig tiga belas tahun setelah kelahiran Spinoza dan empat tahun sesudah kematian Descartes.
Setelah melalui pemikiran, filosof ini mengambil kesimpulan bahwa tuhan itu ada. Metode yang digunakan adalah berkisar pada ‘Illat yang pertama. Tuhan adalah ‘ilat (sebab) yang pertama bagi terwujudnya segala sesuatu yang ada kini. Demikian lah karena tiap-tiap yang terbatas dan berkesudahan yang dapat diketahui oleh pemandangan kita, semuanya termasuk dalam bagian mumkinat, artinya yang tidak mungkin ada, yaitu yang boleh ada dan tidak boleh ada, yang tidak ada mengandung sesuatu kewajiban ada dengan zatnya sendiri.
Kemudian dari pada itu, oleh karena alam ini ternyata berikat-ikatan satu sama lain, maka tidak ada jalan untuk menetapkan adanya ‘illat yang kedua,  selain yang pertama. Dan ‘illat yang pertama bagi wujud seluruh alam ini hanya Tuhan.
.
12.   Thomas Aquino
Thomas Aquino dilahirkan dekat kota Aquino ada tahun 1225, sebab itu ia disebut juga Thomas Aquino. Walaupun Thomas pada mulanya seolah-olah mendasarkan filsafat kepada agama, namun masalah Tuhan tidak bisa diterima begitu saja. Adanya Tuhan dibuktikan dengan menggunakan metode yang dirasakan dalam seluruh sistemnya, yaitu melalui pengalaman indera menjadi pegangan akal dalam renungannya.
Thomas untuk membuktikan adanya tuhan melalui lima jalan:
1)      Melalui gerak dan perubahan didunia ini, segala sesuatu yang ada diatas dunia ini adalah tidak tetap, melainkan berubah dan bergerak.
Gerak dan perubahan ini tidak mungkin dari dirinya sendiri. Jika sekiranya gerak dan perubahan itu dari sendiri, maka segala sesuatu yang didunia ini sempurna. Jadi jelaslah bahwa segala-galanya digerakan. Maka dari itu gerak itu menurut penggerak pertama, yang sendirinya tidak digerakan, yang tetap abadi dan sempurna, inilah yang disebut Tuhan.

2)      Segala sesuatu yang kita kenal dengan indera itu adanya selalu disebabkan. Maka dari itu haruslah ada sebab yang pertama, yang tidak disebabkan, tetapi menjadi sebab segalanya. Dan inilah ang disebut Tuhan.

3)      Dunia menunnjukan ketidak niscayaan. Segala sesuatunya di dunia ini adanya tidak niscaya, tidak semuanya itu ada dengan keharusan, artinya dari segala sesuatu pasti ada yang memberi, bukan ada dengan sendirinya.jika yang ada itu ada dengan sendirinya tentulah ia Mutlak.  Maka dari itu haruslah ada yang mutlak, pangkal dan asal dari segala yang ada, yang mempunyai ada berian itu. Yang mutlak ini adalah Tuhan.

4)      Dunia ini ada kesempurnaan yang bertingkat-tingkat. Terdapat hal-hal yang ada begitu saja, terdapat pula yang adanya itu hidup, dan ada hidup berasa serta berakal budi. Dalam kesempurnaan-kesempurnaan itu semuanya terbatas. Maka haruslah ada yang mengandung keseluruhan kesempurnaan, yang maha sempurna dan itu adalah Tuhan.

5)      Segala sesuatu yang ada didunia ini amat teratur dan terarahkan kepada tujuan masing-masing dengan cermat. Maka hasruslah di terima pengatur yang sendirinya berbudi yang sempurna dan kekuasaan yang tak terhingga. Inilah yang disebut Tuhan.

B.     Konsep Manusia Menurut Filsafat
Filsafat manusia adalah bagian atau cabang dari filsafat yang mengupas apa artinya menjadi manusia. Ia mencoba mengucapkan sebaik mungkin apakah sebenarnya menjadi makhluk manusia itu?
Konsep manusia dalam pandangan filsafat kajian tentang manusia merupakan kajian yang sangat menarik, karena menyangkut diri kita sendiri sebagai manausia. Kajian tentang manusia ini sudah cukup lama dilakukan sejak zaman para filosof kuno di Yunani. Mereka sudah berbicara tentang manusia, disamping juga berbicara tentang Tuhan dan alam semesta.
 Dalam filsafat dikatakan bahwa manusia terbentuk dari badan dan jiwa, itu tidak berarti bahwa manusia itu seakan-akan berdiri atas dua hal yang dihubungkan bersama-sama, dari dua bahan yang telah dicampur adukkan yang masing-masing dapat ditempatkan dan digambar secara terpisah .

1.    Aspek Manusia
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia itu terdiri atas dua aspek yang esensial, yakni tubuh dan jiwa melihat peran dan fungsi dari kedua aspek yang saling berhubungan maka dapat dipersoalkan mana yang lebih penting, tubuh atau jiwa?Timbullah beberapa aliran, yaitu sebagai berikut:
a.         Aliran materialisme
Aliran materialisme berpendapat bahwa yang penting adalah tubuh manusia. Salah seorang tokohnya adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872 ) ,berpendapat bahwa dibalik manusia tidak ada makhluk lain yang misterius yang disebut jiwa, seperti tidak adanya Tuhan dibalik alam ini.Filsafat yang dikemukakan oleh Ludwig Feuerbach tersebut secara filosofi bersifat materealis , secara religious bersifat ateis dan secara sosial ekonomibersifat sosialis komunis .

b.         Aliran Spiritualisme
Aliran spiritualisme berpendapat bahwa yang terpenting pada diri manusia adalah jiwa. Tokohnya adalah Plato (427-347) berpendapat bahwa jiwa lebih agung daripada badan, jiwa telah ada dialam atas sebelum masuk kedalam badan , jiwa itu terjatuh kedalam hidup duniawi , lalu terikat kepada badan dan lahirlah manusia yang fana.Dalam kerukunannya , jiwa dan badan tidak berdiri berdampingan secara setingkat , melainkan jiwa adalah sesuatu yang keaadaannya bergerak sehingga mempunyai taraf realitas yang lain jenis.Paham dari Plato yang sepiritualisme itu bersifat etis-religius.

c.         Aliran Dualisme
Aliran Dualisme berpendapat bahwa tubuh dan jiwa sama pentingnnya.Tokohnya yaitu Rene Descartes (1596-1650), yang mengatakan bahwa jiwa adalah subtansi yang berfikir sedangkan badan sebagai subtansi yang berkeluasan .Pandangan Dualisme ini dapat dibedakan atas pararelisme dan Monisme .Dalam pararelisme antara tubuh dan jiwa terdapat kesejajaran, keduanya sederajat.Adapun dalam monism antara tubuh dan jiwa telah terjadi perpaduan sehingga menunggal .Manusia disebut manusia yang sebenarnya bila tubuh dan jiwa merupakan kesatuan yang terpisahkan.


2.    Manusia itu Animal Rationale dan Animal Symbolicum
Menurut Aristoteles manusia didefinisikan animal Rationale yaitu seekor hewan yang dilengkapi dengan akal budi.Manusia merupakan animal simbolicum yaitu Dunia  manusia merupakan yang ditafsirkan manusia tidak  dilukiskan berdasarkan data-data biologis, melainkan perbuatan kebudayaannya. Manusia tidak menjadi manusia karena sebuah faktor di dalamnya, seperti naluri atau akal budi melainkan fungsi kehidupan yaitu pekerjaannya dan kebudayaannya.

3.      Manusia itu Mono pluralis
Notonagoro berpendapat bahwa manusia itu hakikatnya bisa dilihat dari tiga dimensi yaitu ;

a)         Dilihat dari susunan kodrat ,manusia itu terdiri atas jiwa dan raga.
b)        Dilihat dari sifat kodrat, manusia itu terdiri atas sifat individu dan sifat sosial.
c)         Dilihat dari kedudukan kodrat manusia adalah makhluk individu dan makhluk Tuhan.

4.      Raga dan Jiwa
Manusia di lihat dalam bagiannya yaitu raga dan jiwa. Yang di tunjukkan jiwa adalah bagian lahiriyah serta bagian jasmanian manusia, dan yang di tunjukkan jiwa adalah bagian dalam serta bagian yang bersifat kerohanian manusia.
Rene Descartes mengatakan bahwa manusia merupakan gabungan dari dua subtansi, yaitu subtansiyang dapat berfikir (jiwanya,rohani ),dan subtansi yang terhampar didalam ruang (raganya,jasmani). Substansi itu juga pernah diakukan filsuf lain. Plato misalnya, mengatakan bahwa jiwa manusia bersifat rohani dan merupakan sesuatu yang terpenjara di dalam raga jiwa. Dengan datangnya kematian, raga manusia akan lenyap, sedangkan jiwanya akan hidup terus. Raga akan lenyap karena mempunyai sifat jasmani.


DAFTAR PUSTKA

Ahnan, Maftuh,, Filsafat Manusia, Jakarta, CV Bintang Pelajar, 1993.
Ewing, A.C, Persoalan-persoalan Mendasar Filsafat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008.
Hamka, Filsafat Ketuhanan, Surabaya, Karunia, 1985.
Kusmanjono, Arqom , Ketuhanan Dalam Telaah Filsafat Perenial, Jogjakarta, Badan Penerbit Filsafat UGM,2006.
LouisLeahy, Manusia, Sebuah Misteri, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1984.
Salam, Burhanuddin, Filsafat Manusia, Jakarta, Melton putra, 1988.
Siswanto, Joko S, Sistem-sitem Metafisika Barat, dari Aristoteles Sampai Derrida, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,1998.
Smith, Titus, Nolan. Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Surajiyo. Dra,  Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.
Ya’kub, Hamzah, Filsafat Ketuhanan, Bandung, PT Alma’arif, 1984. Hal 49.
Yazdi, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Filsafat Tauhid, Bandung, Mizan Media Utama, 2003.

1 komentar: