Selasa, 26 April 2016

TEKNIK DAN METODE BIMBINGAN KONSELING AGAMA




A.  Metode Konseling dalam Islam
Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan. Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan pernerapan metode tersebut dalam praktek. Oleh karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan konseling Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.[1]
Metode dalam bimbingan konseling agama yaitu:
1.      Konseling dengan Metode Pembelajaran Langsung
Hal ini dilakukan dengan cara mengemukakan kesalahan dengan menerangkan penyebabnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah bahwa Ia berkata, Dahulu kala, di saat aku masih ada di bawah tanggungan Rosulullah, tanganku selalu aktif berpindah dari satu piring makanan ke satu piring yang lainnya di saat aku sedang makan. Lalu Rosulullah bersabda padaku, ‘Wahai anak muda, sebutkanlah nama Allah, makan dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu.’
Dari hadist ini kita dapat mengambil manfaat sebagai berikut.
a.       Sesungguhnya Rosulullah makan bersama anak kecil. Hal ini menunjukkan akan kuatnya hubungan jiwa antara pendidik dan didikannya, hingga ia bisa berdialog dengannya dan memperbaiki kesalahannya.
b.      Rosulullah mencari waktu yang tepat dan memperbaiki kesalahan, yaitu pada saat pekerjaan itu terus dilakukan. Hal ini membutuhkan perbaikan langsung sebelum akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diubah.
c.       Panggilan Rosulullah kepada Umar (anak didiknya) dengan sebutan, Wahai anak muda  adalah panggilan yang sangat disenangi oleh anak didiknya.  Hal ini bisa dijadikan suatu sinyal agar sang anak memperhatikan, mendengarkan kemudian melaksanakan nasihat yang akan diberikan.
d.      Rosulullah melakukan perbaikan gegabahnya tangan seorang anak kecil dengan mengamati gerakannya. Hingga bisa dikatakan, hendaknya seorang pendidik dalam memperbaiki kesalahan sesuatu dengan melakukan pengamatannya terlebih dahulu dan barulah kemudian dicari pemacahan masalahnya dari akar-akarnya.
e.       Dalam melakukan terapi dan perbaikan, Rosulullah telah melakukan susunan acceptable dan realistis dengan mengatakan, “Sebutlah Bismillah (nama Alla)”, untuk langkah pertama, “Makan dengan tangan kananmu” sebagai langkah kedua dan “makan apa ynag dekat deganmu” sebagai langkah ketiga.
2.      Konseling dengan Metode Suri Teladan
Pengaruh keteladanan sangatlah kuat. Karenanya, hendaknya seorang konselor, pendidik ataupun orang tua mampu menjadi teladan dalam ibadah, zuhud, tawadhu, sikap lemah lembut ataupun sikap pemberani, sebagai mana Allah berfirman, Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)
3.      Konseling dengan Metode Dialog
Dalam sebuah hadist Abdullah bin Amr Amr Ibnul-Ash berkata, “Aku mendengar Rosulullah bersabda, Apakah kalian mengetahui siapakah orang muslim itu? Para sahabat menjawab, ‘ Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui.’ Lalu beliau berkata, ‘Muslim adalah membuat kaum muslimin lainnya selamat dari tangan dan lisannya.”
4.      Metode keteladanan
Digambarkan dengan suri teladan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 21 Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan berdatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
5.      Metode Penyadaran
Banyak menggunakan ungkapan-ungkapan nasehat dan juga at-Targhib wat-Tarhib (janji dan ancaman). Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 1-2, “Hai manusia, bertaqwalah kepada tuhanmu seseungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dasyat). (ingatlah) pada hari (ketika) kamu mleihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal pada sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”.[2]

B.        Teknik dalam Bimbingan Konseling Agama
Ada beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan individu, yaitu konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mengajar bernuansa bimbingan.
1.      Konseling
Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku individu. Konseling dilaksanakan melalui wawancara (konseling) langsung dengan individu. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, bukan yang mengalami kesulitan kejiwaan, melainkan hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Dalam konseling berisi proses belajar yang ditujukan agar konseli (individu) dapat mengenal diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis dalam kehidupannya di kampus ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta hubungan pribadi yang unik dan khas dengan hubungan tersebut individu diarahkan agar dapat membuat keputusan, pemilihan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannya.[3]
2.      Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh konslor ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagi berikut.
a.    Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh klien (individu),
b.    Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
c.    Nasihat yang diberikan bersifat alternative yang dapat dipilih oleh individu, disertai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan.
d.   Hendaknya, individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang diambilnya.
3.      Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2 – 6 orang), kelompok sedang (7 – 12 orang), dan kelompok besar (13 – 20 orang) ataupun kelas (20-40 orang). Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri.[4]
4.      Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti memberi kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah sikap dan perilakunya selaras dengan lingkungannya.
Individu dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan kemampuan, serta persoalan yang dihadapi bukanlah gangguan kejiwaan yang tergolong sakit, hanya kekeliruan dalam penyesuaian diri.[5]
5.      Mengajar Bernuansa Bimbingan
Bimbingan waktu mengajar yang dapat dilakukan oleh dosen berupa menjelaskan tujuan dan manfaat perkuliahan, cara belajar, mata kuliah yang diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas, merencanakan masa depan, memberikan fasilitas belajar, member kesempatan untuk berprestasi, dan lain-lain.
a.    Secara umum, bimbingan yang dapat diberikan guru/dosen sambil mengajar adalah mengenal dan memahami individu secara mendalam
b.    Memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual
c.    Memperlakukan individu secara manusiawi
d.   Memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal;
e.    Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.

C.           Langkah-Langkah melakukan konseling islami
Untuk melaksanakan konseling islami dapat ditempuh langkah berikut:
1.        Menciptakan hubungan psikologis yang ramah, hangat, penerimaan, keakraban, keterbukaan.
2.        Meyakinkan klien akan terjaganya rahasia dari apapun yang dibicarakan dalam proses konseling sepanjang klien tidak diketahui orang lain.
3.        Wawancara awal berupa pengumpulan data, sebagai proses mengenal klien, masalahnya, lingkungannya dan sekaligus membantu klien mengenali dan menyadari dirinya.
4.        Mengekplorasi masalah dengan perspektif islami (pada langkah ini konselor mencoba menelusuri tingkat pengetahuan dan pengetahuan dan pemahaman individu akan hakikat masalah-masalahnya dalam pandangan islam).
5.        Mendorong klien untuk melakukan muhasabah (mengevaluasi diri apakah ada kewajiban yang belum dilakukan, adakah sikap dan perilaku yang salah, sudah bersihkah jiwanya dari berbagai penyakit hati).
6.        Mengekplorasi tujuan hidup dan hakekat hidup menurut klien, selanjutnya merumuskan tujuan-tujuan jangka pendek yang ingin dicapai klien sehubungan dengan masalahnya.
7.        Mendorong klien menggunakan hati dalam melihat masalah dan sekaligus mendorong klien menggunakan a’qalnya, dan bertanya kepada hati nuraninya.
8.        Mendorong klien untuk menyadari dan menerima kehidupan yang diberi Allah penuh keridhoan dan keikhlasan.
9.        Mendorong klien untuk selalu bersandar dan berdo’a serta mohon dibukakan jalan keluar dari masalahnya kepada Allah SWT, dengan cara memperbanyak ibadah sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW.
10.    Mendorong klien untuk mengambil keputusan-keputusan strategis yang berisi sikap dan perilaku yang baik (ma’ruf) bagi terselesaikannya masalah yang sedang dihadapinya.
11.    Mengarahkan klien dalam melaksanakan keputusan-keputusan yang dibuatnya.
12.    Mengarahkan dan mendorong klien agar selalu bersikap dan berperilaku yang islami, sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang selalu bercermin pada Al-Qur’an dan Hadist.
13.    Mendorong klien untuk terus menerus berusaha menjaga dirinya dari tunduk pada hawa nafsunya, yang dikendalikan oleh setan yang menyesatkan dan menyengsarakan hidup individu.[6]


[1]Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), Hlm 53.
[2] Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Hlm. 37
[3]Dr. Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Hlm. 22
[4]Dr. Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Hlm:22-23
[5]Dr. Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Hlm 24
[6]Erham Wilda, Konseling Islami, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm 120-122

Tidak ada komentar:

Posting Komentar