Selasa, 26 April 2016

Konsep Tuhan dan Manusia Menurut Filsafat



A.    Konsep Tuhan Menurut Filsafat
Watak pemahaman ketuhanan dalam tradisi Yunani mencakup unsur agama dan filsafat. Ide pertama tentang Tuhan terdapat dalam Iliad and Odyssey karya Homer, yang menggambarkan adanya dewa-dewa yang memerintah alam, yang paling tinggi adalah Zeus, dewa keturunan. Zeus mempunyai anak-anak yang juga menjdi dewa-dewa tetapi tidak kekal. Dewa Zeus bukan pencipta alam dan sangat mengikuti kemauannya sendiri dalam menghadapi manusia.
Banyak persoalan besar lainnya yang berhubungan dengan konsep Tuhan yang pada masa lalu telah banyak di diskusikan oleh para teolog dan filsuf untuk memembuktikan kebenaran fundamental agama secara konklusif. Dan mempertahankannya.  Berikut beberapa pandangan filsuf tentang Tuhan:

1.      Socrates (469-399 SM)
Socrates adalah murid dari Phytagoras, yang membahas masalah ketuhanan dengan logika akademik yang simpel dengan menetapkan wujud Tuhan yang disembah. Metode Socrates yang digunakan dikenal sebagai maieutike tekhne (Seni Kebidanan). Seperti ibu yang membidani kelahiran-kelahiran bayi, Socrates membidani ide-ide pamikiran orang dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan hingga dari orang itu sendiri akan melahirkan pengetahuan-pengetahuan.
Ajaran yang terkenal dari Socrates adalah Gnoti Seauton yaitu kenalilah dirimu sendiri. Bagi Socrates dengan mengenali diri sendiri, akan dapat lebih mengenal Tuhan. Manusia menurut Socrates diberikan sifat-sifat khas yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki manusia yang menjadikan pengingkaran kepada Tuhan menurut Socrates menjadi tidak beralasan.
Socrates mempercayai adanya keabadian roh, yang tidak akan rusak atau mati dengan kematian badan. Ia percaya bahwa roh akan kembali kepada sumbernya yang pertama yang bersih dan suci dari unsur kebendaan. Tidak begitu jelas ia berpaham politeisme atau monoteisme, karena ia sering membicarakan satu dewa, tatapi diwaktu lain ia membicarakan banyak dewa, akan tetapi semua dewa disucikannya dari sifat-sifat kemanusiaan yang fana.

2.       Plato (427-347 SM)
Plato menggambarkan Tuhan sebagai Demeiougos (sang pencipta) dari alam ini dan sebagai Ide Tertinggi dari alam ide. Ide tertinggi ini menurut Plato adalah Ide Kebaikan.
Sebagai murid Socrates, Plato  berusaha mengembangkan dan lebih menyempurnakan pandangan-pandangan gurunya, dan sistem pemikiran merupakan puncak dari usaha-usaha orang sebelumya yang digabungkan dalam pemikiran sendiri.
Menurut Plato segala keadaan di dunia ini tidaklah kekal dan selalu berubah karena itu dunia yang ditempati manusia ini adalah dunia bayangan yang dilawankan dengan dunia ide yang bersifat kekal dan tidak mengalami perubahan. Dalam mencari hakekat benda yang tetap berubah ini, Plato berfikir bahwa hanya benda-benda yang berada diluar alam, diluar ruang dan waktu, dapat menjadi realitas tertinggi.
Konsekwensi dari benda yang selalu berubah ini adalah bersifat baharu, dan setiap yang baharu mempunyai sebab yang ada penyebabnya, itulah Tuhan yang terbebas dari sifat baharu. Tuhan adalah zat yang transenden dan merupakan realitas tertinggi, merupakan esensi atau Ide dari yang Baik, dan alam merupakan partisipasi refelektif dari zat yang sempurna.
Plato menyebutkan dalam kitab undang-undangnya bahwa ada beberapa perkara yang tidak pantas bagi manusia apabila tidak mengetahuinya, yaitu antara lain bahwa manusia itu mempunyai Tuhan yang membuatnya. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh sesuatu itu.

3.      Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid terbaik Plato, sehingga banyak pemikiran-pemikiran gurunya yang memberinya pengaruh kuat pada filsafatnya. Meskipun demikian ia tidak kehilangan kekritisannya dalam menanggapi pemikiran Plato, sehingga akan tampak beberapa pandangannya yang berseberangan dengan gurunya.
Aristoteles sependapat dengan Plato bahwa realitas konkrit itu tidak tetap dan selalu berubah, akan tetapi ia tidak setuju atas pandangan Plato mengenai pengetahuan yang benar yang dibangun atas dasar postulat bahwa dunia transenden terpisah dengan objek-objek konkrit dan menganggap realitas konkrit dan menganggap realitas konkrit sebagai hal yang tidak nyata. Bagi Aristoteles realitas justru harus dicari dalam dunia yang ditemukan manusia, yaitu dunia yang teramati. Dunia konkrit dan individual, itulah kenyataan real.
Pandangan Aristoteles yang terkenal adalah teorinya tentang empat causa: Causa material, Causa formal, Causa efisien, Causa final. Suatu realitas yang sifatnya kausalitas bahwa keberadaan sesuatu disebabkan oleh yang lain, mengarah pada konsep adanya Penggerak Pertama yang tidak bergerak sebagai penyebab gerak dari yang bergerak. Penggerak pertama yang tidak bergerak diartikan sebagai sebab yang dia sendiri tidak bergerak, ia merupakan pikiran murni dan pikian hanya pada dirinya sendiri.
Konsep Aristoteles tentang Tuhan didasarkan pada latar belakang ilmu pengetahuan, tidak didasarkan pada suatu religi tertentu. Bagi Aristoteles Tuhan sebagai substansi yang bersifat eternal terpisah dari dunia konkrit, tidak bersifat materi, tidak memiliki potensi; Tuhan adalah “Aktus Murni” yang hanya memperhatikan dirinya sendiri, Tuhan bukan personal yang menjawab doa-doa dan keinginan manusia.
Sebagai Aktus Murni, aktifitas Tuhan tidak lain kecuali melalui berpikir. Tuhan adalah “pemikiran yang sedang berpikir diatas pemikiran” (noesis noesos).

4.      Baruch Spinoza (1632-1667)
Baruch Spinoza atau Benedict Spinoza atau Despinoza lahir di Amsterdam pada tanggal 24 November 1632 dari keluarga Yahudi. Tahun 1663 Spinoza pindah ke Den Haag tahun 1663 ia pernah ditawari manjadi pimpinan filsafat pada Universitas The Hague, tetapi ia menolaknya. Spinoza meninggal pada tanggal 21 Februari  1667.
Spinoza termasuk pemikir yang revolusionir pada zamannya, ia adalah pemikir yang paling ambisius dan tak kenal kompromi. Dialah filsuf modern yang dengan lantang mengajarkan “Tuhan imanensi dan dinamis” menggantikan ide tentang “Tuhan transenden yang statis”.
Pandangan Spinoza tentang Tuhan atau substansi dapat disimpulkan beberapa hal: pertama, Tuhan itu satu, diluar Tuhan tidak ada sesuatu pun yang eksis. Kedua, bingkai alam adalah tubuh Tuhan, sedang isi mental dari struktur fisikal alam dalah jiwa Tuhan. Ketiga, objek-objek material adalah modus Tuhan atau substansi.
Dalam bukunya yang berjudul Ethica, Spinoza menjelaskan tentang sifat-sifat Tuhan yaitu: Pertama, Tuhan tidak terbatas. Tuhan yang secara absolut tidak terbatas itu tidak dapat dibagi dan abadi. Kedua, aktivitas Tuhan tergantung pad hukum-hukum yang dimiliknya. Ketiga, Tuhan adalah sumber penyebab segala sesuatu. Keempat, eksistensi dan esensi Tuhan adalah sama. Kelima, Kekuatan Tuhan sama dengan esensinya. Keenam, esensi Tuhan identik dengan keabadian.  Ketujuh,  Tuhan adalah bebas.  Kedelapan,  Tuhan memahami dirinya sendiri.
Spinoza menyimpulkan bahwa hanya ada satu substansi, apakah itu disebut Tuhan, atau disebut alam, oleh sebab itu tidak ada kemungkinan interaksi antar substansi. Substansi yang hanya satu ini dapat merupakan asal-usul dari yang tampak sebagai bukan individu sejati, tetapi hanya bentuk dari substansi tunggal.

5.       Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716)
Leibniz adalah seorang filsuf, ilmuwan, matematikus, sejarahwan dan diplomat. Ia lahir di Leipzig tiga belas tahun setelah kelahiran Spinoza dan empat tahun sesudah kematian Descartes.
Pandangan-pandangan Leibniz mencoba untuk menyatukan berbagai konflik terutama mengenai paham keagamaan yang berbeda. Ia ingin mengharmoniskan antara kaum Protestan dan Katolik Roma, ia mendambakan agama universal atas dasar prinsip kristiani. Leibniz tidak tidak hanya berkehendak menyatukan agama tetapi juga menyatukan ilmu, teologi, dan filsafat. Leibniz juga ingin menyelesaikan pertentangan lama antara realisme dan nominalisme dengan mengatakan bahwa teori secara universal adalah real, tetapi yang sesungguhnya hadir objektif adalah yang partikular.

6.       Agustinus (354-430)
Menurunya Tuhan adalah pengada yang mutlak. Dia adalah abadi, tidak berubah. Dia berada diluar pemahaman manusia, karena dia lebih besar dari sesuatu yang diketahui manusia. Penegtahuan yang dimiliki manusia dalam kaitannya dengan Tuhan adalah terbatas dan diperoleh melalui analogi dari suatu yang dialami manusia.
Tuhan itu berpribadi, berpikir dan berkehendak. Dia menciptakan dunia dan menegendalikan sesuai dengan rencana Ilahi-Nya yang telah ditetapkan. Tuhan menciptakan dunia dari ketiadaan.

7.       Anselmus (1033-1109)
Anselmus berpendapat bahwa Tuhan bukannya “bukan apa-apa”, melainkan adalah pengada yang Tertinggi dari segala sesuatu. Tuhan bukan hanya dapat diketahui didalam Iman. Untuk mengetahui Tuhan, orang harus melibatkan diri didalam Tuhan, sebagaimana kata Agustinus “credout intelligam” aku beriman agar aku mengerti.
Tuhan bagi Anselmus adalah sesuatu yang salainnya sesuatu yang lebih besar tidak dapat dipikirkan. Tuhan itu harus bereksistensi, karena tanpa eksistensi Tuhan tidak akan menjadi sempurna. Eksistensi lebih sempurna daripada tidak bereksistensi.

8.      Al Kindi (801-873)
Tuhan digambarkan oleh al Kindi sebagai sesuatu yang bersifat tetap, tunggal, ghaib dan penyebab sejati gerak. Al kindi dengan menggunakan konsep teori pencipta creatio ex nihilo mengatakan bahwa penciptaan dari ketiadaan merupakan hal istimewa yang dimiliki Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya Dzat yang sungguh-sungguh mampu mencipta dari ketiadaan dan Dia merupakan sebab yang sesungguhnya dari seluruh realitas yang ada didunia ini.
Al Kindi mensifati Tuhan dengan istilah-istilah baru. Tuhan adalah yang benar. Ia tinggi dan dapat disifati hanya dengan sebutan-sebutan negatif. Ia bukan materi, tak berbentuk, tak berjumlah, tak berkualitas, tak terhubung. Ia tek berjenis, tak terbagi dan tak berkejadian, ia abadi oleh karena itu Ia Maha Esa (wahdah), selain-Nya berlipat.

B.     Konsep Manusia Menurut Filsafat
Filsafat manusia adalah bagian atau cabang dari filsafat yang mengupas apa artinya menjadi manusia. Ia mencoba mengucapkan sebaik mungkin apakah sebenarnya menjadi makhluk manusia itu?
Dalam filsafat dikatakan bahwa manusia terbentuk dari badan dan jiwa, itu tidak berarti bahwa manusia itu seakan-akan berdiri atas dua hal yang dihubungkan bersama-sama, dari dua bahan yang telah dicampur adukkan yang masing-masing dapat ditempatkan dan digambar secara terpisah.
1.     Aspek Manusia
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia itu terdiri atas dua aspek yang esensial, yakni tubuh dan jiwa melihat peran dan fungsi dari kedua aspek yang saling berhubungan maka dapat dipersoalkan mana yang lebih penting, tubuh atau jiwa? Timbullah beberapa aliran, yaitu sebagai berikut:
a.         Aliran materialisme
Aliran materialisme berpendapat bahwa yang penting adalah tubuh manusia. Salah seorang tokohnya adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872 ) ,berpendapat bahwa dibalik manusia tidak ada makhluk lain yang misterius yang disebut jiwa, seperti tidak adanya Tuhan dibalik alam ini.Filsafat yang dikemukakan oleh Ludwig Feuerbach tersebut secara filosofi bersifat materealis , secara religious bersifat ateis dan secara sosial ekonomi bersifat sosialis komunis .
b.        Aliran Spiritualisme
Aliran spiritualisme berpendapat bahwa yang terpenting pada diri manusia adalah jiwa. Tokohnya adalah Plato (427-347) berpendapat bahwa jiwa lebih agung daripada badan, jiwa telah ada dialam atas sebelum masuk kedalam badan , jiwa itu terjatuh kedalam hidup duniawi , lalu terikat kepada badan dan lahirlah manusia yang fana. Dalam kerukunannya , jiwa dan badan tidak berdiri berdampingan secara setingkat , melainkan jiwa adalah sesuatu yang keaadaannya bergerak sehingga mempunyai taraf realitas yang lain jenis. Paham dari Plato yang sepiritualisme itu bersifat etis-religius.
c.         Aliran Dualisme
Aliran Dualisme berpendapat bahwa tubuh dan jiwa sama pentingnnya. Tokohnya yaitu Rene Descartes (1596-1650), yang mengatakan bahwa jiwa adalah subtansi yang berfikir sedangkan badan sebagai subtansi yang berkeluasan .Pandangan Dualisme ini dapat dibedakan atas pararelisme dan Monisme .Dalam pararelisme antara tubuh dan jiwa terdapat kesejajaran, keduanya sederajat. Adapun dalam monism antara tubuh dan jiwa telah terjadi perpaduan sehingga menunggal .Manusia disebut manusia yang sebenarnya bila tubuh dan jiwa merupakan kesatuan yang terpisahkan.
2.     Manusia itu Animal Rationale dan Animal Symbolicum
Menurut Aristoteles manusia didefinisikan animal Rationale yaitu seekor hewan yang dilengkapi dengan akal budi. Manusia merupakan animal simbolicum yaitu Dunia  manusia merupakan yang ditafsirkan manusia tidak  dilukiskan berdasarkan data-data biologis, melainkan perbuatan kebudayaannya. Manusia tidak menjadi manusia karena sebuah faktor di dalamnya, seperti naluri atau akal budi melainkan fungsi kehidupan yaitu pekerjaannya dan kebudayaannya.
3.  Manusia itu Mono pluralis
Notonagoro berpendapat bahwa manusia itu hakikatnya bisa dilihat dari tiga dimensi yaitu
a)         Dilihat dari susunan kodrat ,manusia itu terdiri atas jiwa dan raga.
b)        Dilihat dari sifat kodrat, manusia itu terdiri atas sifat individu dan sifat sosial.
c)         Dilihat dari kedudukan kodrat manusia adalah makhluk individu dan makhluk Tuhan.
4.  Raga dan Jiwa
Manusia di lihat dalam bagiannya yaitu raga dan jiwa. Yang di tunjukkan jiwa adalah bagian lahiriyah serta bagian jasmanian manusia, dan yang di tunjukkan jiwa adalah bagian dalam serta bagian yang bersifat kerohanian manusia.
Rene Descartes mengatakan bahwa manusia merupakan gabungan dari dua subtansi, yaitu subtansiyang dapat berfikir (jiwanya,rohani ),dan subtansi yang terhampar didalam ruang (raganya,jasmani).  Substansi itu juga pernah diakukan filsuf lain. Plato misalnya, mengatakan bahwa jiwa manusia bersifat rohani dan merupakan sesuatu yang terpenjara di dalam raga jiwa. Dengan datangnya kematian, raga manusia akan lenyap, sedangkan jiwanya akan hidup terus. Raga akan lenyap karena mempunyai sifat jasmani.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar