Jumat, 22 April 2016

PERKEMBANGAN LINGUISTIK PADA ANAK






1.        Tahap Pralinguistik atau meraban (0,3-1 tahun)
Pada tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan bayi hanya menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa. Dalam hal ini, antara umur enam sampai delapan minggu bayi mulai mendekut (cooing). Cooing yaitu mereka mengeluarkan bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi ini belum dapat diidentifikasi sebagai bunyi apa, tapi sudah merupakan bunyi. Pada sekitar enam bulan mulailah anak dengan celoteh (babbling), yakni mengeluarkan bunyi yang berupa suku kata.
Pada tahap mendekut (cooing) ini erlangsung sekitar usia dua bulan, yakni bayi mulai membuat bunyi vokal. Bayi hanya mengeluarkan bunyi-bunyi seperti mendekut dan refleksi, biasanya untuk menyatakan rasa lapar, sakit, atau ketidaknyamanan. Sekalipun bunyi-bunyi itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi-bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya. Bayi pada tahap ini juga mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul atas respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain. Kemudian seorang bayi juga mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi yang lebih lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya lebih bervariasi.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik. Bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-unyi ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yag diturunkan oleh bayi-bayi kalau mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya jangan digolongkan sebagai performa bahasa.
2.        Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1-1,8 tahun)
Pada umur sekitar satu tahun, anak mulai mengeluarkan bunyi yang dapat diidenfikasi sebagai kata. Untuk bahasa yang kebanyakan monofermik (bersuku kata satu) maka suku itu, atau sebagian dari suku mulai diujarkan. Untuk bahasa yang keanyakan palimorfemik, maka suku akhirlah yang diucapkan, dan itupun belum lengkap. Untuk kata ‘ikan’ misalnya, anak mengatakan ‘tan’ kemudian anak akan berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance).
3.        Tahap kalimat dua kata (1,8-2 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih banyak kemungkinan untuk menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata (Monks, 1989: 139). Tahap ini kosa kata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Anak-anak mulai menggunakan dua kata dalam berbicara. Perbendaharaan kata terdiri atas kata benda dan kata kerja, dengan sedikit kata sifat dan kata bantu. Misalkan, anak mulai dapat mengucapkan ‘ma maem’, maksudnya ‘mama saya mau makan’. Pada tahap ini dua kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata, tetaoi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu anak belum dapat menggunakan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, yang lainnya.
4.        Tahap perkembangan tata bahasa (2-5 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengemangkan sejumlah sarana tata bahasa, panjang kalimat bertambah (walau bukan gejala utama), ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak dan tugas. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara erangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
Seorang anak mulai menguasai banyak kata dan senang bicara sendiri (monolog). Sekali waktu ia akan memperhatikan kata-kata yang baru didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam. Mereka mulai mendengarkan dan suka bercakap-cakap meski pengucapannya belum sempurna. Anak seusia ini juga semakin tertarik mendengarkan cerita yang lebih panjang dan kompleks. Jika diajak bercakap-cakap,  mudah bagi mereka untuk loncat dari satu topik pembicaraan ke yang lainnya. Selain itu, mereka sudah mampu menggunakan kata sambung ‘sama’ misalnya “Ani pergi ke pasar sama Ibu”, untuk menggambarkan dan menyambung dua situasi yang berbeda.
5.        Tahap perkembangan tata bahasa menjelang dewasa (5-10 tahun)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi.
Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologi dalam bahasa terkait.
6.        Tahap kompetensi lengkap (11 tahun sampai dewasa)
Pada akhir masa anak-anak, pembendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performasi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dan kompetensi komunikasi.
Secara umum, perkembangan ketrampilan berbahasa pada individu yakni:
a.         Fonologi
Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan bunyi-unyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi L yang sudah dipelajari dengan bunyi R yang belum dipelajari, pada akhir periode berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur bahasa yang dipelajari.
b.        Morfologi
Pada usia tiga tahun anak sudah mementuk beberapa morfem yang menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan gramatika sering terjadi pada saat ini karena anak masih berusaha mengatakan apa yang ingin dia sampaikan.
c.         Sintaksis
Alamsyah (2007: 21) menyatakan bahwa anak-anak mengemangkan tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan memulai beberapa tahap, yakni melalui dan malalui penyusunan dengan cara menempatkan kata-kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat.
d.        Semantik
Anak menggunakan kata-kata berdasarkan kesamaan gerak, ukuran, dan bentuk. Misalnya, anak sudah mengetahi makna kata jam. Awalnya anak hanya mengacu kepada jam tangan orang tuanya, namun kemudian ia memakai kata tersebut untuk semua jenis jam. Semantik meruju kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
e.         Tata Bahasa (grammar)
Tata bahasa merujuk pada penggunaan tata bahasa yang sudah baik dan benar.
f.         Pragmatis
Merujuk pada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain, didalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh, intonasi, suara dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai secara tepat oleh penerimanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar