Sabtu, 15 Oktober 2016

Peran Otak Dalam Perkembangan dan Pembelajaran


            Setiap individu mempunyai kemampuan otak yang berbeda, sekalipun mereka bersaudara. Kemampuan otak yang lazimnya diukur dengan tes IQ, tidak selalu mewakili kemampuan otak yang sebenarnya. Karena tinggi-rendahnya kuantitatif IQ tidak akan menjamin kesuksesan seseorang, namun kualitatif yang benar-benar baik dari seorang individulah yang akan membawa seseorang kepada kesuksesan. Keseimbangan otak kiri dan kanan berpengaruh pada kualitas pemikiran atau kecerdasan seseorang. Karena jika hanya otak kiri saja yang berkembang baik, tanpa diikuti perkembangan otak kanan, seseorang akan kurang memahami sesuatu karena konsentrasinya kurang. Kenapa? Karena disaat otak kiri bekerja untuk menghafal rumus, berpikir kritis, dan otak kanan tidak ikut bekerja, maka otak kanan akan mengganggu kerja otak kiri. Otak kanan akan bekerja saat ada music klasik, gambar-gambar yang menarik, dan sebagainya. Nah, inilah yang menjadi inti pembahasan mengenai otak, bahwa seorang guru harus mampu memberikan pengajaran yang menyeimbangkan kerja otak. Sedangkan otak depan merupakan sumber rasio yang terdiri dari pusat-pusat yang memahami apa yang diamati. Amygdala adalah tempat penyimpanan memori emosi yang mempunyai peran penting dalam emosional. Amygdala memungkinkan adanya respons sebelum berfikir. Sebaiknya dalam memberikan pelajaran diawali dengan pemanasan otak, agar individu mempersiapkan otaknya sehingga tercapai hasil belajar yang optimal. Anak didik, sebagai individu dengan kaitannya dalam pembelajaran merupakan suatu pribadi yang berbeda satu sama lain. Pribadi yang berbeda itu lahir dari kebiasaan belajar yang berbeda. Sesungguhnya, anak belajar dimana saja, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah atau keluarga, lingkungan bermain, lingkungan keluarga. Kebiasaan yang diberikan kepada anak akan membentuk kepribadiannya sejak dini. Untuk membentuk kepribadian, yang pertama ialah membuat ia merasa diterima semua orang sehingga iapun mampu menerima dirinya sendiri. Perhatian kepadanya sangat diperlukan sejak ia belum mampu berbicara sekalipun. Anak harus sering diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing tumbuhnya kepribadian dan kenyamanan diri, begitu ia mampu berbicara, pancing ia agar mau bercerita. Begitu halnya dalam pembelajaran di sekolah, jika seorang guru memiliki murid yang belum mau berbicara karena malu, guru harus memancingnya berbicara agar ia tidak lagi pemalu. Dan ketika muridnya menjadi tidak pemalu lagi, guru harus mau mendengarkan apa yang dibicarakannya, agar sekaligus mampu mengontrol siswa, apakah yang dibicarakannya itu mampu membentuk kepribadian baik atau tidak. Dan jika ia salah, yang terbaik ialah bukan dengan memarahi atau mengucapkan kata-kata yang membuatnya merasa rendah, bodoh, apa lagi tidak berguna.    
      Dalam perkembangannya, ada 3 domain aspek perkembangan yaitu aspek biologis, kognitif, dan psikososial. Aspek perkembanagan seperti ini telah sering dibahas dimana-mana. Berdasarkan pengertiannya, telah dapat dipahami bahwa aspek biologis merupakan aspek perkembangan yang berhubungan dengan fisik siswa, aspek kognitif berkaitan dengan proses dan cara berpikir siswa, dan aspek psikososial melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi, dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain. Namun sebenarnya tidak hanya itu saja, karena perkembangan anak merupakan proses perkembangan holistic yang mencakup semua aspek perkembangan, yaitu kognitf, bahasa, motorik, kesiapan belajar, bakat, psikososial, dan sebagainya.



Sumber
H.Djaali, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta; Bumi Aksara, 2009 ),hlm21-23        
http://www.kompasiana.com/restimulyati/implementasi-teori-otak-dan-perkembangan-dalam-pembelajaran_550e1a16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar