Setiap individu mempunyai kemampuan
otak yang berbeda, sekalipun mereka bersaudara. Kemampuan otak yang lazimnya
diukur dengan tes IQ, tidak selalu mewakili kemampuan otak yang sebenarnya.
Karena tinggi-rendahnya kuantitatif IQ tidak akan menjamin kesuksesan
seseorang, namun kualitatif yang benar-benar baik dari seorang individulah yang
akan membawa seseorang kepada kesuksesan. Keseimbangan otak kiri dan kanan
berpengaruh pada kualitas pemikiran atau kecerdasan seseorang. Karena jika
hanya otak kiri saja yang berkembang baik, tanpa diikuti perkembangan otak
kanan, seseorang akan kurang memahami sesuatu karena konsentrasinya kurang.
Kenapa? Karena disaat otak kiri bekerja untuk menghafal rumus, berpikir kritis,
dan otak kanan tidak ikut bekerja, maka otak kanan akan mengganggu kerja otak
kiri. Otak kanan akan bekerja saat ada music klasik, gambar-gambar yang
menarik, dan sebagainya. Nah, inilah yang menjadi inti pembahasan mengenai
otak, bahwa seorang guru harus mampu memberikan pengajaran yang menyeimbangkan
kerja otak. Sedangkan otak depan merupakan sumber rasio yang terdiri dari
pusat-pusat yang memahami apa yang diamati. Amygdala adalah tempat penyimpanan
memori emosi yang mempunyai peran penting dalam emosional. Amygdala
memungkinkan adanya respons sebelum berfikir. Sebaiknya dalam memberikan
pelajaran diawali dengan pemanasan otak, agar individu mempersiapkan otaknya
sehingga tercapai hasil belajar yang optimal. Anak didik, sebagai individu
dengan kaitannya dalam pembelajaran merupakan suatu pribadi yang berbeda satu
sama lain. Pribadi yang berbeda itu lahir dari kebiasaan belajar yang berbeda.
Sesungguhnya, anak belajar dimana saja, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di
rumah atau keluarga, lingkungan bermain, lingkungan keluarga. Kebiasaan yang
diberikan kepada anak akan membentuk kepribadiannya sejak dini. Untuk membentuk
kepribadian, yang pertama ialah membuat ia merasa diterima semua orang sehingga
iapun mampu menerima dirinya sendiri. Perhatian kepadanya sangat diperlukan
sejak ia belum mampu berbicara sekalipun. Anak harus sering diberikan
pertanyaan-pertanyaan yang memancing tumbuhnya kepribadian dan kenyamanan diri,
begitu ia mampu berbicara, pancing ia agar mau bercerita. Begitu halnya dalam
pembelajaran di sekolah, jika seorang guru memiliki murid yang belum mau
berbicara karena malu, guru harus memancingnya berbicara agar ia tidak lagi
pemalu. Dan ketika muridnya menjadi tidak pemalu lagi, guru harus mau
mendengarkan apa yang dibicarakannya, agar sekaligus mampu mengontrol siswa,
apakah yang dibicarakannya itu mampu membentuk kepribadian baik atau tidak. Dan
jika ia salah, yang terbaik ialah bukan dengan memarahi atau mengucapkan
kata-kata yang membuatnya merasa rendah, bodoh, apa lagi tidak berguna.
Dalam perkembangannya, ada 3 domain aspek perkembangan yaitu aspek
biologis, kognitif, dan psikososial. Aspek perkembanagan seperti ini telah
sering dibahas dimana-mana. Berdasarkan pengertiannya, telah dapat dipahami
bahwa aspek biologis merupakan aspek perkembangan yang berhubungan dengan fisik
siswa, aspek kognitif berkaitan dengan proses dan cara berpikir siswa, dan
aspek psikososial melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi,
dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan berhubungan dengan orang
lain. Namun sebenarnya tidak hanya itu saja, karena perkembangan anak merupakan
proses perkembangan holistic yang mencakup semua aspek perkembangan, yaitu
kognitf, bahasa, motorik, kesiapan belajar, bakat, psikososial, dan sebagainya.
Sumber
H.Djaali, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta;
Bumi Aksara, 2009 ),hlm21-23
http://www.kompasiana.com/restimulyati/implementasi-teori-otak-dan-perkembangan-dalam-pembelajaran_550e1a16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar