Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena
kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos berarti
jalan. Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga
diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan pernerapan metode
tersebut dalam praktek. Oleh karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan
dalam berbagai buku tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan
konseling Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.[1]
Metode dalam bimbingan konseling agama yaitu:
1. Konseling dengan Metode Pembelajaran Langsung
Hal ini dilakukan dengan cara mengemukakan kesalahan dengan menerangkan
penyebabnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Umar bin Abu
Salamah bahwa Ia berkata, “Dahulu kala, di saat aku masih ada di bawah
tanggungan Rosulullah, tanganku selalu aktif berpindah dari satu piring makanan
ke satu piring yang lainnya di saat aku sedang makan. Lalu Rosulullah bersabda
padaku, ‘Wahai anak muda, sebutkanlah nama Allah, makan dengan tangan
kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu.’
Dari hadist ini kita dapat mengambil manfaat sebagai berikut.
a. Sesungguhnya Rosulullah makan bersama anak kecil. Hal ini menunjukkan akan
kuatnya hubungan jiwa antara pendidik dan didikannya, hingga ia bisa berdialog
dengannya dan memperbaiki kesalahannya.
b. Rosulullah mencari waktu yang tepat dan memperbaiki kesalahan, yaitu pada
saat pekerjaan itu terus dilakukan. Hal ini membutuhkan perbaikan langsung
sebelum akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diubah.
c. Panggilan Rosulullah kepada Umar (anak didiknya) dengan sebutan, Wahai
anak muda adalah panggilan yang
sangat disenangi oleh anak didiknya. Hal
ini bisa dijadikan suatu sinyal agar sang anak memperhatikan, mendengarkan
kemudian melaksanakan nasihat yang akan diberikan.
d. Rosulullah melakukan perbaikan gegabahnya tangan seorang anak kecil dengan
mengamati gerakannya. Hingga bisa dikatakan, hendaknya seorang pendidik dalam
memperbaiki kesalahan sesuatu dengan melakukan pengamatannya terlebih dahulu
dan barulah kemudian dicari pemacahan masalahnya dari akar-akarnya.
e. Dalam melakukan terapi dan perbaikan, Rosulullah telah melakukan susunan acceptable
dan realistis dengan mengatakan, “Sebutlah Bismillah (nama Alla)”, untuk
langkah pertama, “Makan dengan tangan kananmu” sebagai langkah kedua dan
“makan apa ynag dekat deganmu” sebagai langkah ketiga.
2. Konseling dengan Metode Suri Teladan
Pengaruh keteladanan
sangatlah kuat. Karenanya, hendaknya seorang konselor, pendidik ataupun orang
tua mampu menjadi teladan dalam ibadah, zuhud, tawadhu, sikap lemah lembut
ataupun sikap pemberani, sebagai mana Allah berfirman, Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)
3. Konseling dengan Metode Dialog
Dalam sebuah hadist
Abdullah bin Amr Amr Ibnul-Ash berkata, “Aku mendengar Rosulullah bersabda, Apakah
kalian mengetahui siapakah orang muslim itu? Para sahabat menjawab, ‘ Allah
dan Rosul-Nya lebih mengetahui.’ Lalu beliau berkata, ‘Muslim adalah membuat
kaum muslimin lainnya selamat dari tangan dan lisannya.”
4. Metode keteladanan
Digambarkan dengan suri teladan yang baik, sebagaimana firman Allah
dalam surah al-Ahzab ayat 21 “Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
rahmat Allah dan berdatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
5.
Metode
Penyadaran
Banyak menggunakan ungkapan-ungkapan nasehat dan juga at-Targhib
wat-Tarhib (janji dan ancaman). Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 1-2,
“Hai manusia, bertaqwalah kepada tuhanmu seseungguhnya keguncangan hari kiamat
itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dasyat). (ingatlah) pada hari
(ketika) kamu mleihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui
anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang
hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal pada sebenarnya
mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”.[2]
[1]Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam, (Jogjakarta: UII
Press, 2001), Hlm 53.
[2]
Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani,
2005), Hlm. 37
Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena
kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos berarti
jalan. Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga
diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan pernerapan metode
tersebut dalam praktek. Oleh karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan
dalam berbagai buku tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan
konseling Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.[1]
Metode dalam bimbingan konseling agama yaitu:
1. Konseling dengan Metode Pembelajaran Langsung
Hal ini dilakukan dengan cara mengemukakan kesalahan dengan menerangkan
penyebabnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Umar bin Abu
Salamah bahwa Ia berkata, “Dahulu kala, di saat aku masih ada di bawah
tanggungan Rosulullah, tanganku selalu aktif berpindah dari satu piring makanan
ke satu piring yang lainnya di saat aku sedang makan. Lalu Rosulullah bersabda
padaku, ‘Wahai anak muda, sebutkanlah nama Allah, makan dengan tangan
kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu.’
Dari hadist ini kita dapat mengambil manfaat sebagai berikut.
a. Sesungguhnya Rosulullah makan bersama anak kecil. Hal ini menunjukkan akan
kuatnya hubungan jiwa antara pendidik dan didikannya, hingga ia bisa berdialog
dengannya dan memperbaiki kesalahannya.
b. Rosulullah mencari waktu yang tepat dan memperbaiki kesalahan, yaitu pada
saat pekerjaan itu terus dilakukan. Hal ini membutuhkan perbaikan langsung
sebelum akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diubah.
c. Panggilan Rosulullah kepada Umar (anak didiknya) dengan sebutan, Wahai
anak muda adalah panggilan yang
sangat disenangi oleh anak didiknya. Hal
ini bisa dijadikan suatu sinyal agar sang anak memperhatikan, mendengarkan
kemudian melaksanakan nasihat yang akan diberikan.
d. Rosulullah melakukan perbaikan gegabahnya tangan seorang anak kecil dengan
mengamati gerakannya. Hingga bisa dikatakan, hendaknya seorang pendidik dalam
memperbaiki kesalahan sesuatu dengan melakukan pengamatannya terlebih dahulu
dan barulah kemudian dicari pemacahan masalahnya dari akar-akarnya.
e. Dalam melakukan terapi dan perbaikan, Rosulullah telah melakukan susunan acceptable
dan realistis dengan mengatakan, “Sebutlah Bismillah (nama Alla)”, untuk
langkah pertama, “Makan dengan tangan kananmu” sebagai langkah kedua dan
“makan apa ynag dekat deganmu” sebagai langkah ketiga.
2. Konseling dengan Metode Suri Teladan
Pengaruh keteladanan
sangatlah kuat. Karenanya, hendaknya seorang konselor, pendidik ataupun orang
tua mampu menjadi teladan dalam ibadah, zuhud, tawadhu, sikap lemah lembut
ataupun sikap pemberani, sebagai mana Allah berfirman, Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)
3. Konseling dengan Metode Dialog
Dalam sebuah hadist
Abdullah bin Amr Amr Ibnul-Ash berkata, “Aku mendengar Rosulullah bersabda, Apakah
kalian mengetahui siapakah orang muslim itu? Para sahabat menjawab, ‘ Allah
dan Rosul-Nya lebih mengetahui.’ Lalu beliau berkata, ‘Muslim adalah membuat
kaum muslimin lainnya selamat dari tangan dan lisannya.”
4. Metode keteladanan
Digambarkan dengan suri teladan yang baik, sebagaimana firman Allah
dalam surah al-Ahzab ayat 21 “Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
rahmat Allah dan berdatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
5.
Metode
Penyadaran
Banyak menggunakan ungkapan-ungkapan nasehat dan juga at-Targhib
wat-Tarhib (janji dan ancaman). Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 1-2,
“Hai manusia, bertaqwalah kepada tuhanmu seseungguhnya keguncangan hari kiamat
itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dasyat). (ingatlah) pada hari
(ketika) kamu mleihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui
anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang
hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal pada sebenarnya
mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar