Sabtu, 15 Oktober 2016

Metode Konseling dalam Islam

Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan. Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan pernerapan metode tersebut dalam praktek. Oleh karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan konseling Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.[1]
Metode dalam bimbingan konseling agama yaitu:
1.      Konseling dengan Metode Pembelajaran Langsung
Hal ini dilakukan dengan cara mengemukakan kesalahan dengan menerangkan penyebabnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah bahwa Ia berkata, Dahulu kala, di saat aku masih ada di bawah tanggungan Rosulullah, tanganku selalu aktif berpindah dari satu piring makanan ke satu piring yang lainnya di saat aku sedang makan. Lalu Rosulullah bersabda padaku, ‘Wahai anak muda, sebutkanlah nama Allah, makan dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu.’
Dari hadist ini kita dapat mengambil manfaat sebagai berikut.
a.       Sesungguhnya Rosulullah makan bersama anak kecil. Hal ini menunjukkan akan kuatnya hubungan jiwa antara pendidik dan didikannya, hingga ia bisa berdialog dengannya dan memperbaiki kesalahannya.
b.      Rosulullah mencari waktu yang tepat dan memperbaiki kesalahan, yaitu pada saat pekerjaan itu terus dilakukan. Hal ini membutuhkan perbaikan langsung sebelum akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diubah.
c.       Panggilan Rosulullah kepada Umar (anak didiknya) dengan sebutan, Wahai anak muda  adalah panggilan yang sangat disenangi oleh anak didiknya.  Hal ini bisa dijadikan suatu sinyal agar sang anak memperhatikan, mendengarkan kemudian melaksanakan nasihat yang akan diberikan.
d.      Rosulullah melakukan perbaikan gegabahnya tangan seorang anak kecil dengan mengamati gerakannya. Hingga bisa dikatakan, hendaknya seorang pendidik dalam memperbaiki kesalahan sesuatu dengan melakukan pengamatannya terlebih dahulu dan barulah kemudian dicari pemacahan masalahnya dari akar-akarnya.
e.       Dalam melakukan terapi dan perbaikan, Rosulullah telah melakukan susunan acceptable dan realistis dengan mengatakan, “Sebutlah Bismillah (nama Alla)”, untuk langkah pertama, “Makan dengan tangan kananmu” sebagai langkah kedua dan “makan apa ynag dekat deganmu” sebagai langkah ketiga.
2.      Konseling dengan Metode Suri Teladan
Pengaruh keteladanan sangatlah kuat. Karenanya, hendaknya seorang konselor, pendidik ataupun orang tua mampu menjadi teladan dalam ibadah, zuhud, tawadhu, sikap lemah lembut ataupun sikap pemberani, sebagai mana Allah berfirman, Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)
3.      Konseling dengan Metode Dialog
Dalam sebuah hadist Abdullah bin Amr Amr Ibnul-Ash berkata, “Aku mendengar Rosulullah bersabda, Apakah kalian mengetahui siapakah orang muslim itu? Para sahabat menjawab, ‘ Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui.’ Lalu beliau berkata, ‘Muslim adalah membuat kaum muslimin lainnya selamat dari tangan dan lisannya.”
4.      Metode keteladanan
Digambarkan dengan suri teladan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 21 Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan berdatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
5.      Metode Penyadaran
Banyak menggunakan ungkapan-ungkapan nasehat dan juga at-Targhib wat-Tarhib (janji dan ancaman). Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 1-2, “Hai manusia, bertaqwalah kepada tuhanmu seseungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dasyat). (ingatlah) pada hari (ketika) kamu mleihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal pada sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”.[2]


[1]Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), Hlm 53.
[2] Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Hlm. 37
Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan. Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan pernerapan metode tersebut dalam praktek. Oleh karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan konseling Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.[1]
Metode dalam bimbingan konseling agama yaitu:
1.      Konseling dengan Metode Pembelajaran Langsung
Hal ini dilakukan dengan cara mengemukakan kesalahan dengan menerangkan penyebabnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah bahwa Ia berkata, Dahulu kala, di saat aku masih ada di bawah tanggungan Rosulullah, tanganku selalu aktif berpindah dari satu piring makanan ke satu piring yang lainnya di saat aku sedang makan. Lalu Rosulullah bersabda padaku, ‘Wahai anak muda, sebutkanlah nama Allah, makan dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu.’
Dari hadist ini kita dapat mengambil manfaat sebagai berikut.
a.       Sesungguhnya Rosulullah makan bersama anak kecil. Hal ini menunjukkan akan kuatnya hubungan jiwa antara pendidik dan didikannya, hingga ia bisa berdialog dengannya dan memperbaiki kesalahannya.
b.      Rosulullah mencari waktu yang tepat dan memperbaiki kesalahan, yaitu pada saat pekerjaan itu terus dilakukan. Hal ini membutuhkan perbaikan langsung sebelum akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diubah.
c.       Panggilan Rosulullah kepada Umar (anak didiknya) dengan sebutan, Wahai anak muda  adalah panggilan yang sangat disenangi oleh anak didiknya.  Hal ini bisa dijadikan suatu sinyal agar sang anak memperhatikan, mendengarkan kemudian melaksanakan nasihat yang akan diberikan.
d.      Rosulullah melakukan perbaikan gegabahnya tangan seorang anak kecil dengan mengamati gerakannya. Hingga bisa dikatakan, hendaknya seorang pendidik dalam memperbaiki kesalahan sesuatu dengan melakukan pengamatannya terlebih dahulu dan barulah kemudian dicari pemacahan masalahnya dari akar-akarnya.
e.       Dalam melakukan terapi dan perbaikan, Rosulullah telah melakukan susunan acceptable dan realistis dengan mengatakan, “Sebutlah Bismillah (nama Alla)”, untuk langkah pertama, “Makan dengan tangan kananmu” sebagai langkah kedua dan “makan apa ynag dekat deganmu” sebagai langkah ketiga.
2.      Konseling dengan Metode Suri Teladan
Pengaruh keteladanan sangatlah kuat. Karenanya, hendaknya seorang konselor, pendidik ataupun orang tua mampu menjadi teladan dalam ibadah, zuhud, tawadhu, sikap lemah lembut ataupun sikap pemberani, sebagai mana Allah berfirman, Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)
3.      Konseling dengan Metode Dialog
Dalam sebuah hadist Abdullah bin Amr Amr Ibnul-Ash berkata, “Aku mendengar Rosulullah bersabda, Apakah kalian mengetahui siapakah orang muslim itu? Para sahabat menjawab, ‘ Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui.’ Lalu beliau berkata, ‘Muslim adalah membuat kaum muslimin lainnya selamat dari tangan dan lisannya.”
4.      Metode keteladanan
Digambarkan dengan suri teladan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 21 Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan berdatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
5.      Metode Penyadaran
Banyak menggunakan ungkapan-ungkapan nasehat dan juga at-Targhib wat-Tarhib (janji dan ancaman). Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 1-2, “Hai manusia, bertaqwalah kepada tuhanmu seseungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dasyat). (ingatlah) pada hari (ketika) kamu mleihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal pada sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”.[2]


[1]Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), Hlm 53.
[2] Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Hlm. 37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar