Selasa, 21 April 2015

PENGARUH BIMBINGAN TERHADAP DAMPAK PSIKOLOGIS ANAK REMAJA AKIBAT PERCERAIAN DALAM RUMAH TANGGA



PENGARUH BIMBINGAN TERHADAP DAMPAK PSIKOLOGIS ANAK REMAJA AKIBAT PERCERAIAN DALAM RUMAH TANGGA


Remaja adalah salah satu aset bagi negara yang tidak ternilai. Mereka adalah penerus bangsa, penentu masa depan kejayaan negara. Salah satu hal inilah yang perlu menjadi perhatian kepada orang tua. Bimbingan sangatlah perlu untuk membentuk karakternya, karena itulah mereka akan menjadi lebih temotivasi dan menjadi lebih baik.
Era global dewasa ini, kemajuan zaman yang serba instan dan mudah membuat karakter pemuda-pemudi semakin agresif. Banyak penyimpangan-penyimpangan sosial yang di lakukan oleh pemuda. Hal inilah yang menjadi permasalahan dan menghambat generasi penerus bangsa untuk menjadikan indonesia menjadi lebih maju.
Orang tua adalah salah satu pembentuk pribadi yang paling dasar bagi remaja. Karena dengan kasih sayang dan perhatian, mereka dapat menjadi pribadi yang berkarakter. Namun ironisnya, angka perceraian dewasa ini semakin meningkat dan angka tertinggi perceraian di Indonesia ada di dua kota, yang salah satunya semarang. selama tahun 2007, ada 53.019 kasus perceraian di semarang (Badan Pusat Statistik).
Peristiwa perceraian dalam keluarga senintiasa membawa dampak serius seperti stres, tekanan darah tinggi, perubahan fisik maupun mental kepada anggota keluarga, terutama kepada anak. Setelah perceraian struktur keluarga berubah, pola asuh anak pastinya akan berpengaruh pada pola interaksi dan komunikasi dalam keluarga maupun masyarakat.
bilamana orang tua bercerai ketika anak sedang berusia remaja, mereka para remaja akan tumbuh sebagai pribadi yang terpisah dari kedua orang tuanya dan pastinya akan menentukan masa depannya sendiri tanpa adanya arahan, bimbingan, perhatian dari orang tuanya. sehingga dalam pelaksanaannya cenderung tidak maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah keadaan perasaan dan emosi. Maka, tidak heran jika kita melihat remaja yang bekerja dan tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan dan semangat berubah menjadi rasa sangat sedih dan keyakinan berganti rasa ragu yang berlebihan.
Perceraian dalam keluarga akan berdampak bagi kehidupan dan tingkah laku para remaja. Mulai dari tidak bisa menerima kenyataan karena perubahan akibat perceraian, sampai pada masalah sehari-hari yang di alami oleh remaja itu sendiri. Dampak dalam waktu yang lama akan mengakibatkan depresi, sehingga banyak kasus remaja akibat korban perceraian orang tua yang melepaskan beban hidupnya dengan minum minuaman keras, narkoba, sabu-sabu, dll. Hal ini mereka lakukan hanyalah untuk membuat pikiran fresh dan melayang.
Mungkin di antara kita pernah melihat anak-anak jalanan. Salah satu dari mereka terlantar karena faktor broken home atau perceraian dalam rumah tangga. Mereka lebih memilih untuk memperbanyak pergaulan di luar lingkungan. Karena sering berinteraksi dengan lingkungan luar, mereka lebih cenderung untukmemberonyakdan susah untuk di atur.
Sejauh pengamatan penulis tentang dampak anak yang di tinggal orang tuanya bercerai, mereka tampak memiliki perilaku yang khas. Ketika di temui mereka seolah-olah dalam keadaan baik-baik saja, mencari perhatian ketika di ajak bicara dan cenderung  agresif ketika ada permasalahan pada dirinya.
Tidak sedikit dari  kasus perceraian yang menelantarkan anak. broken home lebih cenderung mementingkan pribadi dari masing-masing pelaku, dan biasanya anak tidak begitu di hiraukan. Padahal putra-putri merekalah yang akan meneruskan perjuangan orang tuanya.tidak hanya itu, mereka juga menjadi generasi penerus bangsa.
Perbandingan yang dilakukan penulis dalam pengamatan antara remaja yang tumbuh dengan bimbingan kedua orang tua dan remaja akibat korban broken home menunjukkan bahwa remaja korban broken home cenderung memiliki masa depan yang tidak tertata dengan baik. hal ini di sebabkan karena kurang adanya interaksi dan perhatian dari orang tua.
Bimbingan adalah cara untuk memberikan petunjuk, menuntun,dan mengantarkan kepada sesuatu yang lebih baik. Dengan bimbingan, remaja yang mempunyai sifat seperti yang telah di sebutkan di atas lebih cenderung untuk dapat terkontrol. Karena bimbingan ini memberikan efek positif terhadap sikap dan perilaku mereka.
Karena remaja yang terkena pengaruh perceraian kurang mendapatkan perhatian. Maka dengan mengontrol, mengawasi, dan membuat mereka nyaman dengan perhatian dari faktor bimbingan tersebut. Anak yang di tinggal bercerai orang tuanya jarang mendapat perhatian. Yang mereka lihat selama pra cerai hanyalah pertengkaran antara bapak dan ibunya, faktor negatiflah yang sering mereka alami. Maka dengan adanya bimbingan, mereka akan merasa ada yang memperhatikan dan mengawasi sehinga di harapkan ada peruahan dari sifat dan sikapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar