Selasa, 21 April 2015

DAULAH UTSMANIYAH



 DAULAH UTSMANIYAH


A.    Sejarah Daulah Utsmaniyah
Daulah Utsmaniyah lahir pada akhir abad ke-7 H abad  ke-13 M). Pendirinya adalah Utsman bin Erothoghrul yang di lahirkan di anadol tahun 657 H. Utsman memproklamirkan daulah ini dengan memanfaatkan lenyapnya daulah seljuk akibat serangan dari pasukan Mongol. Utsman menamakan daulahnya dengan nama yang di ambil dari namanya.
Cikal bakal dari daulah Utsmaniyah adalah negeri yang kecil yang lemah. Namun, secara perlahan tumbuh menjadi negeri islam yang terkuat di dunia. Setelah Utsman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Setelah utsman meninggal dunia, anak-anaknya harus berhadapan dengan pasukan mongol yang saat itu di pimpin oleh Timur Lenk. Daulah utsmani mengalami kekalahan di banyak tempat dan akhirnya harus tunduk dengan kerajaan Mongol.
Ketika Timur Lenk meninggal dunia tahun 808H/1405 M, kerajaan Mongol di bagi-bagi kepada anak-anaknya dan terjadi sengketa di antara mereka. Persengketaan ini membuat pengaruh mongol di asia kecil melemah. Momentum ini di manfaatkan oleh daulah utsmaniyah untuk mengembalikan kekuasaan sperti sediakala. Daulah ini melakuakan pembenahan sehingga menjadi kuat seperti sediakala.
Daulah Utsmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad Al Fatih berkuasa. Beliau memerintah dari tahun 1451 sampai dengan 1484 M. Perluasan wilayah islam bergairah kembali. Hasilnya konstatinopel jatuh tahun 857H/1453 M.
B.     Kemajuan Daulah Utsmaniyyah.
Kemajuan dan perkembangan daulah Utsmaniyyah yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat. Kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yaitu
a.       Bidang kemiliteran dan pemerintahan
Para pemimpin daulah Utsmaniyyah pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga daulah Utsmaniyyah dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi adalah keberanian, ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sangup bertempur kapan dan dimana saja. dengan itulah Konstantinopel yang sangat kokoh dapat di menangkan oleh pasukan Utsmaniyyah pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih.
Pembaruan dalam tubuh organisasi militer tidak hanya dalam bentuk mutasi personel-personel pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Program ini berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru jenissari atau inkisyariah. selain jenissari ada juga tentara dari kaum feodal yang dikirim untuk pemerintah pusat yaitu tentara atau militer thaujiah.
Dalam mengatur wilayah yang luas daulah Utsmaniyyah bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham(perdana menteri), yang membawahi pasya(gubernur), kemudian al-zanaziq atau al-‘alawiyah(bupati). Untuk mengatur pemerintahan negara disusun kitab undang-undang (qanun) yaitu Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum.

b.      Bidang ilmu pengetahuan dan budaya
Kebudayaan turki Utsmaniyyah merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya kebudayaan persia, bizantium, dan arab.orang-orang turki uasmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka menerima kebudayaan luar.
Pada masa daulah utsmaniyyah, banyak di bangun masjid, sekolah gratis dan guru-guru yang berbakat, rumah sakit menebar kemana-mana dan gratis untuk siapa saja, pembangunan banyak gedung, jembatan, saluran air, vila dan pemandian umum.
c.       Bidang keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama dan daulah pun sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
d.      Bidang Administrasi
Undang-undang mengatur masalah administrasi lokal di dalam negeri. Undang-undang tersebut di adopsi dari syariat Islam. Undang-undang ini juga menentukan tentang hukuman dan denda. Dalam undang-undang itu di tegaskan secara jelas, bahwa pemerintahan ini adalah pemerintahan Islam yang menempatkan posisi umat islam sebagai bagian penting negara tak peduli dari ras mana dan berasal dari mana.
C.     Factor Keruntuhan Daulah Utsmaniyah
Bahasa Arab adalah bahasa pergaulan sejak Islam lahir ke bumi, ia juga bahasa pendidikan dan ilmu pengetahuan. Karena sumber agama Islam, Al-Qur’an dan sunah berbahasa Arab, maka tidak mungkin mengetahui ajaran Islam secara mendalam kecuali dengan mengajarkan bahasa Arab kepada penduduk. Ini sama sekali bukan propaganda rasial dan pro-Arab. Yang dimaksud dengan Arab disini bukanlah Arab keturunan, tetapi Arab bahasa dan lisan. Dengan kecakapan bahasa Arab, banyak di antara ulama non-Arab yang menyumbangkan karya yang monumental buat kemajuan Islam. Daulah Utsmaniyyah mengabaikan faktor ini, bahkan sangat fanatik dengan bahasa Turki dan tidak memberikan kesempatan buat bahasa Arab untuk menjadi bahasa nomor satu di daulahnya. Dampak yang sangat dirasakan adalah adanya kerenggangan besar antara masyarakat dengan sumber agama mereka, Al-Qur’an dan Hadits. Akhirnya kejahilan beragama merebak; khurafat, bid’ah dan hadits-hadits lemah semakin banyak, dan akibat yang paling getir adalah mundurnya peradaban Islam.
Banyak kerusakan dan penyimpangan yang terjadi di dalam tubuh pemerintah. Kerusakan yang cukup menonjol adalah ketidakmampuan administrasi, banyak kasus pencurian, korupsi di level pemimpin merajalela. Penyelewengan tidak hanya menyerang tubuh para pegawai negara, tetapi juga menyentuh istana negara. Di antara mereka sudah tidak memperhatikan syariat atau agama.
Fenomena umum yang terjadi pada masa daulah ini adalah kekerasan dan hukum rimba. Kebanyakan sultan yang memerintah menempuh cara yang tidak baik pada awal pengangkatannya. Banyak di antara mereka yang membunuh saudaranya agar tidak mendapatkan saingan dalam kekuasaannya. Akhirnya izzah pemerintahan berkurang, dan banyak elemen yang menjadi oportunis, munafik, dan hanya memburu dunia.
Faktor lain adalah faktor eksternal yang mencoba untuk melenyapkan kekuatan daulah Utsmaniyyah, seperti gerakan salibisme dan zionisme. Akhirnya muncul paham nasionalisme yang mengotak-ngotakkan daulat Islam menjadi wilayah-wilayah kecil. Dengan kondisi seperti itu, tidak sulit bagi musuh islam untuk menguasai negeri-negeri Islam, dan muncullah era penjajahan negeri-negeri Barat atas negeri-negeri Islam.
Meskipun corak daulah Utsmaniyyah adalah militeristik dan cenderung terdapat penyelewengan, tetapi kita tidak menafikan bahwa daulat ini memberikan kontribusi besar buat umat Islam. Daulah Utsmaniyyah sangat giat menghidupkan sektor ilmu pengetahuan, ekonomi, pendidikan, dan perluasan wilayah Islam ke seluruh penjuru dunia. Dari situlah banyak lahir ulama dalam berbagai disiplin ilmu keislaman. Bukti yang paling nyata adalah peninggalan sejarah berupa perpustakaan-perpustakaan besar di Turki dan tempat lainnya yang kaya dengan warisan intelektual.


[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo), hal. 133-138
[2] Ali Muhamad. Bangkit dan Runtuhnya KhilafahUtsmaniyyah. (Jakarta: Pustaka Al Kautsar. 2004). Hal.179
[3] Wahyu Ilaihi. Pengantar Sejarah Dakwah. (jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 124-126.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar