DAULAH UTSMANIYAH
A.
Sejarah Daulah
Utsmaniyah
Daulah Utsmaniyah lahir pada akhir abad ke-7
H abad ke-13 M). Pendirinya adalah
Utsman bin Erothoghrul yang di lahirkan di anadol tahun 657 H. Utsman
memproklamirkan daulah ini dengan memanfaatkan lenyapnya daulah seljuk akibat
serangan dari pasukan Mongol. Utsman menamakan daulahnya dengan nama yang di
ambil dari namanya.
Cikal bakal dari daulah Utsmaniyah
adalah negeri yang kecil yang lemah. Namun, secara perlahan tumbuh menjadi
negeri islam yang terkuat di dunia. Setelah Utsman mengumumkan dirinya sebagai
Padisyah Al Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi
setapak wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan
Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M
dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Setelah utsman meninggal dunia,
anak-anaknya harus berhadapan dengan pasukan mongol yang saat itu di pimpin
oleh Timur Lenk. Daulah utsmani mengalami kekalahan di banyak tempat dan
akhirnya harus tunduk dengan kerajaan Mongol.
Ketika Timur Lenk meninggal dunia
tahun 808H/1405 M, kerajaan Mongol di bagi-bagi kepada anak-anaknya dan terjadi
sengketa di antara mereka. Persengketaan ini membuat pengaruh mongol di asia
kecil melemah. Momentum ini di manfaatkan oleh daulah utsmaniyah untuk mengembalikan
kekuasaan sperti sediakala. Daulah ini melakuakan pembenahan sehingga menjadi
kuat seperti sediakala.
Daulah Utsmani mencapai puncak
kejayaan pada masa Muhammad Al Fatih berkuasa. Beliau memerintah dari tahun
1451 sampai dengan 1484 M. Perluasan wilayah islam bergairah kembali. Hasilnya
konstatinopel jatuh tahun 857H/1453 M.
B.
Kemajuan Daulah
Utsmaniyyah.
Kemajuan dan
perkembangan daulah Utsmaniyyah yang demikian luas dan berlangsung dengan
cepat. Kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yaitu
a.
Bidang kemiliteran dan
pemerintahan
Para pemimpin daulah
Utsmaniyyah pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga
daulah Utsmaniyyah dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Faktor lain
yang mendukung keberhasilan ekspansi adalah keberanian, ketrampilan,
ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sangup bertempur kapan dan dimana
saja. dengan itulah Konstantinopel yang sangat kokoh dapat di menangkan oleh
pasukan Utsmaniyyah pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih.
Pembaruan dalam tubuh
organisasi militer tidak hanya dalam bentuk mutasi personel-personel pimpinan,
tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Program ini berhasil dengan
terbentuknya kelompok militer baru jenissari atau inkisyariah. selain jenissari
ada juga tentara dari kaum feodal yang dikirim untuk pemerintah pusat yaitu
tentara atau militer thaujiah.
Dalam mengatur wilayah
yang luas daulah Utsmaniyyah bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan,
sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham(perdana menteri),
yang membawahi pasya(gubernur), kemudian al-zanaziq atau al-‘alawiyah(bupati).
Untuk mengatur pemerintahan negara disusun kitab undang-undang (qanun) yaitu
Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum.
b.
Bidang ilmu pengetahuan
dan budaya
Kebudayaan turki
Utsmaniyyah merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya
kebudayaan persia, bizantium, dan arab.orang-orang turki uasmani memang dikenal
sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka
menerima kebudayaan luar.
Pada masa daulah
utsmaniyyah, banyak di bangun masjid, sekolah gratis dan guru-guru yang
berbakat, rumah sakit menebar kemana-mana dan gratis untuk siapa saja, pembangunan
banyak gedung, jembatan, saluran air, vila dan pemandian umum.
c.
Bidang keagamaan
Agama dalam tradisi
masyarakat mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik.
Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama dan daulah pun sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
d.
Bidang Administrasi
Undang-undang mengatur
masalah administrasi lokal di dalam negeri. Undang-undang tersebut di adopsi
dari syariat Islam. Undang-undang ini juga menentukan tentang hukuman dan
denda. Dalam undang-undang itu di tegaskan secara jelas, bahwa pemerintahan ini
adalah pemerintahan Islam yang menempatkan posisi umat islam sebagai bagian
penting negara tak peduli dari ras mana dan berasal dari mana.
C.
Factor
Keruntuhan Daulah Utsmaniyah
Bahasa Arab adalah
bahasa pergaulan sejak Islam lahir ke bumi, ia juga bahasa pendidikan dan ilmu
pengetahuan. Karena sumber agama Islam, Al-Qur’an dan sunah berbahasa Arab,
maka tidak mungkin mengetahui ajaran Islam secara mendalam kecuali dengan
mengajarkan bahasa Arab kepada penduduk. Ini sama sekali bukan propaganda
rasial dan pro-Arab. Yang dimaksud dengan Arab disini bukanlah Arab keturunan,
tetapi Arab bahasa dan lisan. Dengan kecakapan bahasa Arab, banyak di antara
ulama non-Arab yang menyumbangkan karya yang monumental buat kemajuan Islam.
Daulah Utsmaniyyah mengabaikan faktor ini, bahkan sangat fanatik dengan bahasa
Turki dan tidak memberikan kesempatan buat bahasa Arab untuk menjadi bahasa
nomor satu di daulahnya. Dampak yang sangat dirasakan adalah adanya
kerenggangan besar antara masyarakat dengan sumber agama mereka, Al-Qur’an dan
Hadits. Akhirnya kejahilan beragama merebak; khurafat, bid’ah dan hadits-hadits
lemah semakin banyak, dan akibat yang paling getir adalah mundurnya peradaban
Islam.
Banyak kerusakan dan
penyimpangan yang terjadi di dalam tubuh pemerintah. Kerusakan yang cukup
menonjol adalah ketidakmampuan administrasi, banyak kasus pencurian, korupsi di
level pemimpin merajalela. Penyelewengan tidak hanya menyerang tubuh para
pegawai negara, tetapi juga menyentuh istana negara. Di antara mereka sudah
tidak memperhatikan syariat atau agama.
Fenomena umum yang
terjadi pada masa daulah ini adalah kekerasan dan hukum rimba. Kebanyakan
sultan yang memerintah menempuh cara yang tidak baik pada awal pengangkatannya.
Banyak di antara mereka yang membunuh saudaranya agar tidak mendapatkan saingan
dalam kekuasaannya. Akhirnya izzah
pemerintahan berkurang, dan banyak elemen yang menjadi oportunis, munafik, dan
hanya memburu dunia.
Faktor lain adalah
faktor eksternal yang mencoba untuk melenyapkan kekuatan daulah Utsmaniyyah, seperti
gerakan salibisme dan zionisme. Akhirnya muncul paham nasionalisme yang
mengotak-ngotakkan daulat Islam menjadi wilayah-wilayah kecil. Dengan kondisi
seperti itu, tidak sulit bagi musuh islam untuk menguasai negeri-negeri Islam,
dan muncullah era penjajahan negeri-negeri Barat atas negeri-negeri Islam.
Meskipun corak daulah
Utsmaniyyah adalah militeristik dan cenderung terdapat penyelewengan, tetapi
kita tidak menafikan bahwa daulat ini memberikan kontribusi besar buat umat
Islam. Daulah Utsmaniyyah sangat giat menghidupkan sektor ilmu pengetahuan,
ekonomi, pendidikan, dan perluasan wilayah Islam ke seluruh penjuru dunia. Dari
situlah banyak lahir ulama dalam berbagai disiplin ilmu keislaman. Bukti yang
paling nyata adalah peninggalan sejarah berupa perpustakaan-perpustakaan besar
di Turki dan tempat lainnya yang kaya dengan warisan intelektual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar