Rabu, 17 Juni 2015

Teori Sosiometrik dan Analisis Proses Interaksi

A.    Teori Sosiometrik
Sosiometris dapat diartkan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan oleh Moreno dan dikembangkan oleh Jennings. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan daya tarik dan penolakan yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok.
Saat uji coba sosiometris sering kali diterapkan pada anggota-anggota kelompok untuk menentukan struktur sosiometris suatu kelompok. Uji coba pada umumnya mencakup pertanyaan-pertanyaan yang meminta anggota kelompok untuk menentukan peringkat berdasarkan efektivitas dalam tugas dan daya tarik antar pribadi.[1]
Untuk memperoleh keterangan mengenai saling hubungan antara anggota kelompok misalnya, suatu kelas disekolah. Daftar pertanyaan itu merupakan ajakan untuk menentukan sikap anggota kelompok terhadap anggota kelompok lainya yang dikenal. Ia - misalnya – diajak untuk memillih antara kawanya sekelompok kelas siapa yang menurut pendapatnya paling memenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya, kawan yang paling cakap sebagai pemimpin kelompok, atau kawan yang cocok sebagai kawan sekerja, dan lain-lain tergantung pada sifat saling hubungan yang akan kita selidiki.
Pertanyaan untuk memilih kawan sekelomok yang mempunyai sifat-sifat tertentu itu dapat juga berlaku bagi pilihan lebih dari satu orang bergantung kepada tujuan penelitian itu. Misalnya, pertnyaan itu dapat berbunyi sebagai berikut ”pilihlah tiga orang kawan sekelompok yang menurut pendapat saudara adalah orang yang paling cocok sebagai rekan seerja (kawan untuk kerja sama). Yang paling cocok sebaiknya disebutkan yang paling pertama”, dan sebagainya.[2]

B.     Teori Analisis Proses Interaksi
Analisis proses interaksi Robert Bales adalah hal yang klasik dengan menggunakan penelitian bertahun-tahunnya sebagai sebuah pondasi, Bales menciptakan sebuah teori terpadu dan dikembangkan dengan baik dari komunikasi kelompok kecil yang bertujuan untuk menjelaskan jenis pesan yang manusia tukar didalam kelompok, dari yang semua membuat peran dan kepribadian anggota kelompok dan oleh karena itu cara mereka mempengaruhi semua karakter secara umum pada sebuah kelompok.
Bales menyatakan terdapat 12 jenis pesan dalam komunikasi kelompokyaitu: Tindakan Positif atau gabungan dengan (1) menjadi ramah; (2) Mendramatisasi (suka berbicara/bercerita) (3) menyetujui. Sebaliknya, mereka juga dapat menunjukkan sifat negatif atau sifat campur aduk dengan (1) penolakan; (2) memperlihatkan ketegangan (3) menjadi tidak ramah. Dalam menjadikan tugas kelompok, setiap individu dapat (1) menanyakan informasi; (2) menanyakan opini (3) meminta saran (4) memberi saran (5) memberi opini (6) memberi informasi.[3]
Menurut Bales analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori, yaitu:
1.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memeberikan cukup informasi, maka kelompok bersagkutan akan mengalami masalah komunikasi.
2.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan pendapat maka kelompok bersangkutan akan mengalami masalah evaluasi.
3.      Jika masing-masing anggota kelompok saling bertanya dan memberikan saran, maka kelompok akan mengalami masalah pegawasan.
4.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak bias mencapai kesepakatan maka mereka akan mendapatkan masalah keputusan.
5.      Jika tidak terdapat cukup dramatisasi maka akan muncul masalah ketegangan.
6.      Jika anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat masalah reintegrasi, yang berarti kelompok itu tidak mampu membangun kembali suatu perasaan kita atau kesatuan (cohesiveness) dalam kelompok bersangkutan.[4]
Teori Bales ini mencakup dua kelompok atau dua kelas perilaku komunikasi umum. Pengelomokan ini ternyata memberikan pengaruh besar dalam kepustakaan komunikasi kelompok kecil. Perilaku pertama disebut dengan “Sosioemosional” yang diwakili oleh tindakan-tindakan seperti tampak bersahabat, menunjukkan ketegangan dan draatisasi. Kategori kedua adalah perilaku pekerjaan yang diwakili oleh saran, pendapat, dan informasi.
Dalam satu kelompok bagaimana seseorang dipandang oleh anggota kelompok lainnya sangat ditentukan oleh bagaimana ia mengkombinasikan ketiga dimensi ini dalam dirinya dan dalam komunikasinya. Setiap perilaku anggota dapat ditempatkan kedalam ruang tiga dimensi ini. Posisi seseorang tergantung pada kuadran dimana orang itu muncul (misalnya, dominan, bersahabat, dan instrumental).
a)      Jika cara berbicara anda cenderung dominan, tidak bersahabat, dan emosional maka anda akan dipandang anggota lain sebagai orang yang jahat dan kasar.
b)      Jika cara berbicara anda dominan, bersahabat dan instrumental maka anda kemungkinan dihargai sebagai pemimpin pekerjaan yang suka menolong.
c)      Jika anda cenderung penurut, tidak bersahabat, dan emosional maka anda akan dipandang sebagai orang yang suka cemberut dan membawa pengaruh negative.[5]
Bila tipe atau jenis perilaku semua anggota kelompok dapat di kategorikan seperti ini, maka hubungan dan jaringan yang terbentuk dapat terlihat. Semakin besar suatu kelompok, maka semakin besar kecenderungan terbentuknya kelompok-kelompok yang lebih keil dengan anggota yang memiliki nilai-nilai yang sama.
 

                               I.            KESIMPULAN
Sosiometris dapat diartkan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan oleh Moreno dan dikembangkan oleh Jennings. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan daya tarik dan penolakan yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok.
Analisis proses interaksi Robert Bales adalah hal yang klasik dengan menggunakan penelitian bertahun-tahunnya sebagai sebuah pondasi, Bales menciptakan sebuah teori terpadu dan dikembangkan dengan baik dari komunikasi kelompok kecil yang bertujuan untuk menjelaskan jenis pesan yang manusia tukar didalam kelompok, dari yang semua membuat peran dan kepribadian anggota kelompok dan oleh karena itu cara mereka mempengaruhi semua karakter secara umum pada sebuah kelompok.

                            II.            PENUTUP
Demikian pemaparan makalah yang dapat kami sampaikan, kami mengerti bahwa penyajian kami masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan sebagai acuan untuk kemajuan kami dalam penggarapan atau sajian makalah-makalah kami berikutnya. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bermanfaat. Lebih kurangnya kami mohon maaf.



DAFTAR PUSTAKA
Goldberg ,Alvind A, Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi dan Penerapanya, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985
Gerungan W.A, Psikologi Sosial,Bandung: Refika Aditama, 2004
Little Jhon,Stephen W,Teori Komunikasi,Jakarta: Salemba Humanika, 2014
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa,Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013




[1]Alvind A. Goldberg, Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi dan Penerapanya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985)hlm.55
[2] Dr.W.A.Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2004)hlm.51
[3]Stephen W. Little Jhon,TeoriKomunikasi,     (Jakarta: Salemba Humanika, 2014), Hlm.326
[4]Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013), Hlm.336
[5]Ibid, Hlm.338-339.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar