1.
Tahap
Pralinguistik atau meraban (0,3-1 tahun)
Pada tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan
awal kehidupan bayi hanya menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa.
Dalam hal ini, antara umur enam sampai delapan minggu bayi mulai mendekut (cooing).
Cooing yaitu mereka mengeluarkan bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vokal
dan konsonan. Bunyi-bunyi ini belum dapat diidentifikasi sebagai bunyi apa,
tapi sudah merupakan bunyi. Pada sekitar enam bulan mulailah anak dengan celoteh
(babbling), yakni mengeluarkan bunyi yang berupa suku kata.
Pada tahap mendekut (cooing) ini erlangsung
sekitar usia dua bulan, yakni bayi mulai membuat bunyi vokal. Bayi hanya
mengeluarkan bunyi-bunyi seperti mendekut dan refleksi, biasanya untuk menyatakan
rasa lapar, sakit, atau ketidaknyamanan. Sekalipun bunyi-bunyi itu tidak
bermakna secara bahasa, tetapi bunyi-bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan
selanjutnya. Bayi pada tahap ini juga mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang
bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul atas
respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain. Kemudian seorang
bayi juga mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi yang lebih lama. Bunyi
mirip konsonan atau mirip vokalnya lebih bervariasi.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa
suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan
ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik. Bunyi-bunyi
tersebut tidaklah merupakan bunyi-unyi ujaran, tetapi barulah merupakan
tanda-tanda akustik yag diturunkan oleh bayi-bayi kalau mereka menggerakkan
alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat.
Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya
jangan digolongkan sebagai performa bahasa.
2.
Tahap
holofrastik atau kalimat satu kata (1-1,8 tahun)
Pada umur sekitar satu tahun, anak mulai
mengeluarkan bunyi yang dapat diidenfikasi sebagai kata. Untuk bahasa yang
kebanyakan monofermik (bersuku kata satu) maka suku itu, atau sebagian dari
suku mulai diujarkan. Untuk bahasa yang keanyakan palimorfemik, maka suku
akhirlah yang diucapkan, dan itupun belum lengkap. Untuk kata ‘ikan’ misalnya,
anak mengatakan ‘tan’ kemudian anak akan berujar dengan ujaran satu kata (one
word utterance).
3.
Tahap
kalimat dua kata (1,8-2 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih banyak kemungkinan
untuk menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata
(Monks, 1989: 139). Tahap ini kosa kata dan gramatika anak berkembang dengan cepat.
Anak-anak mulai menggunakan dua kata dalam berbicara. Perbendaharaan kata
terdiri atas kata benda dan kata kerja, dengan sedikit kata sifat dan kata
bantu.
Misalkan, anak mulai dapat mengucapkan ‘ma maem’, maksudnya ‘mama saya mau
makan’. Pada tahap ini dua kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata,
tetaoi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis
kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu anak belum dapat
menggunakan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, yang lainnya.
4.
Tahap
perkembangan tata bahasa (2-5 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengemangkan sejumlah
sarana tata bahasa, panjang kalimat bertambah (walau bukan gejala utama),
ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak
dan tugas. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara
erangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan
anak.
Seorang anak mulai menguasai banyak kata dan
senang bicara sendiri (monolog). Sekali waktu ia akan memperhatikan kata-kata
yang baru didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam. Mereka mulai
mendengarkan dan suka bercakap-cakap meski pengucapannya belum sempurna. Anak
seusia ini juga semakin tertarik mendengarkan cerita yang lebih panjang dan kompleks.
Jika diajak bercakap-cakap, mudah bagi
mereka untuk loncat dari satu topik pembicaraan ke yang lainnya. Selain itu,
mereka sudah mampu menggunakan kata sambung ‘sama’ misalnya “Ani pergi ke pasar
sama Ibu”, untuk menggambarkan dan menyambung dua situasi yang berbeda.
5.
Tahap
perkembangan tata bahasa menjelang dewasa (5-10 tahun)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan
struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan
kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi.
Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada
periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan
tata bahasa dan fonologi dalam bahasa terkait.
6.
Tahap
kompetensi lengkap (11 tahun sampai dewasa)
Pada akhir masa anak-anak, pembendaharaan kata
terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih
dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performasi tata bahasa terus berkembang
kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dan
kompetensi komunikasi.
Secara umum, perkembangan ketrampilan berbahasa
pada individu yakni:
a.
Fonologi
Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah
dipelajarinya dengan bunyi-unyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan
bunyi L yang sudah dipelajari dengan bunyi R yang belum dipelajari, pada akhir
periode berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan
kontur bahasa yang dipelajari.
b.
Morfologi
Pada usia tiga tahun anak sudah mementuk beberapa
morfem yang menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan.
Kesalahan gramatika sering terjadi pada saat ini karena anak masih berusaha
mengatakan apa yang ingin dia sampaikan.
c.
Sintaksis
Alamsyah (2007: 21) menyatakan bahwa anak-anak
mengemangkan tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan memulai beberapa tahap,
yakni melalui dan malalui penyusunan dengan cara menempatkan kata-kata secara
bersama-sama untuk membentuk kalimat.
d.
Semantik
Anak menggunakan kata-kata berdasarkan kesamaan
gerak, ukuran, dan bentuk. Misalnya, anak sudah mengetahi makna kata jam.
Awalnya anak hanya mengacu kepada jam tangan orang tuanya, namun kemudian ia
memakai kata tersebut untuk semua jenis jam. Semantik meruju kepada makna kata
atau cara yang mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau
kombinasi kata.
e.
Tata
Bahasa (grammar)
Tata bahasa merujuk pada penggunaan tata bahasa
yang sudah baik dan benar.
f.
Pragmatis
Merujuk pada sisi komunikatif dari bahasa. Ini
berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi
dengan orang lain, didalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang
tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar
komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh, intonasi, suara dan menjaga
konteks agar pesan-pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai secara tepat
oleh penerimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar