Apakah
kita punya jam? Apakah kita punya kenangan-kenangan yang indah? Dan apakah kita
pernah menyesal di masa lampau? Semua itu ada karena waktu. Kita dapat
mendeteksi waktu dengan jam. Mungkin jam bisa berhenti dan jarum jam pun dapat
di putar sesuka kita. Tetapi tidak untuk waktu, mereka tidak dapat di putar
layaknya jarum jam dan akan tetap berjalan secara konstan dari siang ke malam
dan malam ke siang. Begitupun dengan kenangan dan penyesalan. Ketika kita punya
kenangan yang indah, kita ingin merasakan dan mengulanginya kembali. Ketika
kita merasa menyesal, kita ingin mengulangi waktu untuk dapat memperbaiki kejadian
yang kita sesali agar rasa kecewa dan menyesal tidak terjadi lagi.
Ibarat
sebuah lilin yang menyala, lama kelamaan lilin itu akan melebur dan habis.
Setelah lilin itu habis, apakah kita bisa merangkai kembali lilin itu? Hal itu
sama dengan waktu, waktu akan terus berjalan, apapun yang kita lakukan, waktu
akan terus berkurang dan tanpa kita sadari ternyata waktu telah mengabiskan
umur kita secara perlahan. Waktu tidak dapat di ajak kompromi. Sifat waktu yang
tidak dapat kembali membuat apapun aktivitas kita hanya menjadi sebuah kenangan
di masa lalu, menjadi kenangan indah atau justru hanya menjadi sebuah
penyesalan saja. Maka sangatlah rugi bila kita banyak membuang waktu dan
mengulur-ulurnya begitu saja.
Setiap
orang tentunya dapat menjelaskan devinisi tentang waktu, karena waktu itu
sangatlah dekat dengan kita, bahkan kita selalu bersinggungan dengannya. Apapun
devinisi tentang waktu, waktu akan menyesuaikan dengan diri kita. Apabila kita
merasa senang, waktu akan terasa sangat singkat, jika kita sedih waktu akan
terasa lama, jika kita sedang menunggu waktu akan terasa lambat, waktu akan tidak
terasa jika kita merasa puas, dan waktu akan terasa tidak ada habisnya ketika
kita sakit.
Orang
yang beruntung adalah orang yang dapat memanfaatkan waktunya. Setiap celah
waktu yang ada selalu dapat menjadi hal positif bagi diri sendiri maupun
lingkungan sekitarnya. Setiap orang di dunia ini memiliki waktu yang sama dalam
hidupnya. Tukang becak, mahasiswa, pengangguran, pegawai, pejabat, maupun
presiden, mereka sama-sama memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Namun, dalam
waktu 24 jam itu, setiap orang akan berbeda-beda dalam memperlakukannya. Ada yang
beraktifitas dan bekerja keras sampai merasa waktunya sangat kurang, ada juga
yang sangat santai dan luang sekali dalam memanfaatkan waktu, bahkan bingung
untuk berbuat apa untuk.
Memaksimalkan
waktu sebetulnya mudah jika kita tidak terperosok dalam rasa malas. Rasa malas
memang sangat menghambat seseorang untuk maju. Akan tetapi, rasa malas itu akan
hiang jika kita mengingat umur kita yang sangat singkat ini. Seolah-olah
menjadi pecut tersendiri untuk memotivasi kita bahwa kita seharusnya banyak
berkarya dan banyak menghasilkan sebuah hal yang bermanfaat. Karena hal yang
baik itu, bukan soal lama umur kita, tetapi seberapa maksimalkah kita
mempergunakan waktu.
Waktu itu mahal. Sekaya apapun anda, setinggi
apapun anda, dan seberapapun kekuasaan anda, anda tidak akan dapat membeli
waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar